REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang meminta industri juga mendukung ekspor komoditi pertanian. Ia mencontohkan tanaman kelapa yang kini tengah didorong ekspornya dan mendapat permintaan ekspor. Namun industri dalam negeri mengeluh karena kehilangan bahan baku.
"Seharusnya tidak usah (mengeluh; red)" ujarnya saat ditemui di acara Prospek Benih Sawit di Menara 165, Kamis (10/8).
Hal tersebut sepatutnya membuat industri dalam negeri berpikir dan instropeksi diri mengapa negara lain membeli kelapa dengan harga Rp 4 ribu per butir tapi Indonesia sendiri tidak berani membeli pada harga tersebut. Dengan terbukanya pasar ekspor, itu berdampak baik bagi petani.
"Ekspor harus kita jalani industri dalam negeri kita penuhi," ujar dia.
Untuk bisa memenuhi pasar dalam dan luar negeri, perlu dilakukan peningkatan produksi dan produktifitas untuk seluruh produk unggulan. Produk yang kurang produktif harus dipupuk dan diperbaiki tata cara budidayanya. Pemerintah juga seharusnya membantu petani yang kemudian ke depannya bisa melakukan perluasan dan peremajaan tanaman.
"Sehingga dalam jangka panjang semakin sadar betapa pentingnya perkebunan bagi dunia," katanya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, komoditi kelapa Indonesia diminati tiga negara pasifik yakni Fiji, Samoa dan Vanuatu. Ketiganya menyatakan minat tersebut saat berkunjung ke Gedung Kementerian Pertanian, Rabu (9/8).
"Kita akan replanting kelapa dan bangun kebun kelapa di perbatasan," ujarnya.
Berdasarkan datan Kementerian Pertanian, nilai ekspor komoditi kelapa pada Juni 2017 mencapai 27.474.137 dolar AS dengan volume lebih dari 71 ton.