REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehadiran Islam memberi warna tersendiri bagi kehidupan beragama di Belarus. Menurut catatan sejarah, komunitas Muslim sudah menetap di negara bekas Uni Soviet tersebut sejak berabad-abad yang lampau.
Mereka hidup berdampingan dengan baik bersama masyarakat non-Muslim, terutama Kristen. Namun, selama beberapa waktu belakangan, mereka harus menghadapi berbagai cobaan dari pemerintah.
Islam mulai menyebar di Belarus pada abad ke-14. Pangeran-pangeran Lituania yang menguasai negeri tersebut pada masa itu mempekerjakan kaum Muslimin Tatar dari Crimea dan Horde Emas sebagai penjaga perbatasan negara. Sebagian dari orang-orang Tatar itu kemudian memilih menetap di Belarus dan hidup membaur bersama masyarkat setempat. Hingga akhir abad ke-16, tercatat lebih dari 100 ribu orang Tatar yang bermukim di Belarus.
Mayoritas Muslim Tatar yang tinggal di Belarus adalah pengikut mazhab Hanafi. Sampai hari ini, mereka tetap mempertahankan tradisi-tradisi Islam yang diwariskan sejak generasi leluhur mere ka. Untuk melestarikan keberadaan etnisnya, orang-orang Tatar di Belarus pada umumnya menganut sistem endogami, yakni perkawinan dengan sesama anggota suku mereka sendiri.
"Meskipun demikian, perkawinan antarsuku dengan penduduk dari etnis lain seperi Belarus, Polandia, Lituania, dan Rusia juga kerap terjadi di kalangan orang-orang Tatar Belarus. Akan tetapi, hal itu tidak melunturkan karakteristik mereka sebagai orang Tatar," menurut laman New World Encyclopedia.
Menurut data 2010, jumlah Muslim yang tinggal di Belarus saat ini diperkirakan mencapai 96 ribu jiwa, atau sekira satu per sen dari total penduduk negara itu. Mereka membentuk 25 komunitas yang tersebar di beberapa kota seperti Minsk, Ivye, Smilovichy, Slonim, dan Navah rudak.