REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Priyantono Oemar
Komitmen Pemkab Banyuwangi ini layak ditiru. Di lounge Pelayanan Publik Kantor Bupati Banyuwangi, disediakan camilan kuliner lokal dan jamu. "Ada beras kencur, asam kunyit, dan temulawak," ujar Kasubag Humas Pemkab Banyuwangi Dini Setyorini, Jumat (11/8).
Pada Kamis (10/8) malam, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengajak Menko Perekonomian Darmin Nasution mampir di lounge Pelayanan Publik ini sebelum membuka Festival Taman Nasional dan Wisata Alam di Banyuwangi. "Lounge ini menyediakan minuman tap hari Pak, untuk meneruskan tradisi minuman tradisional orang Indonesia," ujar Anas kepada Darmin.
Anas menuangkan jamu ke gelas untuk Darmin. "Enak ini Pak," ujar Darmin setelah menyeruput jamu.
Di pidato pembukaan Festival Taman Nasional dan Wisata Alam, Darmin menyinggung peran pariwisata mengembangkan ekonomi. Darmin melihat terjadi pergeseran pola konsumsi dari membeli barang ke suka berwisata. Maka, melambatnya ekonomi saat ini, menurut Darmin karena faktor ini. Dalam tiga tahun terakhir, menurut Darmin, jalur ke tempat wisata di saat liburan selalu macet.
Dalam kesempatan sebelumnya pada pertengahan Juli lalu, Anas menyebut pertumbuhan usaha mikro di Banyuwangi didorong oleh pengelolaan sektor wisata. Banyuwangi konsisten mengelola wisata alam dengan menolak keberadaan hiburan malam. Pada 2010 jumlah pengusaha mikro di Banyuwangi baru 131 ribu. Pada 2016 meningkat menjadi 286 ribu.
Pasar usaha mikro pun dilindungi dengan tertutupnya Banyuwangi bagi jaringan minimarket. Sedangkan mal boleh dibangun di luar kota dengan syarat minimal berjarak empat kilometer dari pasar tradisional. Ia pun mengimbau penyajian kuliner lokal dan buah lokal di setiap jamuan perkantoran dan rumah tangga.
"Dulu, sejam menunggu untuk ketemu bupati, orang bisa marah-marah, kini sejam menunggu saya tak apa, karena di lounge Pelayanan Publik banyak camilan dan jamu," tutur Anas.
Republika.co.id sempat harus menunggu lebih dari satu jam untuk bertemu Anas pada 20 Juli 2017, karena pesawat yang ditumpangi Anas dari Jakarta terlambat datang. Selama menunggu di lounge Pelayanan Publik, Republika.co.id menikmati jamu beras kencur yang disediakan gratis untuk tamu setiap hari. Camilan lokal pun tersedia. Rangginang pun tersaji. Buah dari kebun petani pun tersaji. Di Banyuwangi, banyak petani menanam buah naga.
"Baru sekali ini ketemu ruang tunggu sekece ini, buat umum pula," ujar Derira Tarisa, Humas PT Permodalan Nasional Mandiri (PNM) yang bersama direksi PNM sedang menunggu di lounge Pelayanan Publik Kantor Bupati Banyuwangi pada 20 Juli 2017.
Sebelum bergabung di PNM, Derira bekerja di perusahaan konsultan humas yang sering masuk ke ruang tunggu VIP kementerian di Jakarta. "Di kementerian-kementerian, biasanya hanya tamu VIP yang mendapat minuman di ruang tunggu, itu pun nggak ada jamunya," ujar Derira.
Sewaktu berkunjung ke Pemkab Enrekang pada 2014, sajian minuman kopi Enrekang juga disediakan berikut camilan khas Enrekang. Kala itu, Bupati Enrekang Muslimin Bando menjelaskan pihaknya tengah mendorong petani serius menggarap kopi. "Kopi arabika tipika kalosi yang ada di Enrekang pernah dibawa ke Amerika untuk jamuan makan Presiden Jokowi dengan Kadin Amerika," ujar Bando.
Pada Desember 2014, saat Menteri Perdagangan Rahmat Gobel mencanangkan program minum jamu, disediakan pula kafe jamu di lobi utama Gedung Kementerian Perdagangan. Di kafe ini disediakan jamu seduh dan jamu kemasan. Tapi, begitu Gobel dicopot dari jabatannya sebagai mendag, kafe jamu di lobi gedung Kementerian Perdagangan pun menghilang.
Saat itu pencanangan minum jamu itu dilakukan untuk mendukung ekonomi kerakyatan, agar tidak bergantung pada herbal impor. Ia mengatakan nilai perdagangan jamu mencapai Rp 80 triliun, Rp 15 triliun di antaranya dari jamu impor. Maka, ketika jamu Nyonya Meneer dinyatakan pailit karena utang, tak heran jika Gobel turun tangan melakukan penyelamatan.