Sabtu 12 Aug 2017 00:01 WIB

Menteri Susi: Jangan Santun pada Pencuri Ikan

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (tengah) disaksikan Baresan Olot (Dewan Kasepuhan) Masyarakat Adat Jawa Barat menerima gelar kehormatan di Gedung Mina Bahari III, Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Rabu (19/7).
Foto: Antara/Galih Pradipta
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (tengah) disaksikan Baresan Olot (Dewan Kasepuhan) Masyarakat Adat Jawa Barat menerima gelar kehormatan di Gedung Mina Bahari III, Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Rabu (19/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menjalankan kebijakan diskriminasi atau affirmative policy dengan mengesampingkan budaya sopan santun dalam menertibkan perairan Indonesia dari pencurian ikan. "Indonesia memang terkenal dengan masyarakatnya yang santun. Tapi kalau bertemu dengan pencuri ikan, ya, jangan santun. Kita sudah dirampok kapal asing bertahun-tahun. Kalau cuma diam, ya, kebangetan, kita tenggelamkan saja," ujarnya di Surabaya, Jumat (11/8).

Dia mengisahkan, sejak Indonesia mengizinkan kapal asing mencari ikan di laut nusantara pada 2001, banyak pihak yang kemudian bermain, misalnya memperbanyak secara ilegal dari satu izin kapal untuk digunakan 10 kapal atau bahkan lebih. Izin tersebut biasanya diperbanyak oleh kapal asing untuk ditunjukkan kepada petugas yang sedang berpatroli. "Tahun 2004 malah mulai banyak ditemui kapal-kapal asing yang beroperasi menggunakan bendera Indonesia," katanya.

Saat Susi menjabat Menteri, terdata lebih dari 10 ribu kapal asing yang mencuri ikan di laut Indonesia. "Dari Thailand ada lima ribu kapal, sedangkan China sekitar tiga ribu kapal," ujarnya. 

Sejak dulu, dia menambahkan, pencurian ikan di laut Indonesia hampir tak terlihat karena kapal-kapal asing tak pernah sandar ke pelabuhan. "Karena semua proses mulai dari pemindahan ikan sampai pengisian bahan bakar mereka lakukan di tengah laut," katanya.

Keberadaan kapal-kapal asing tersebut sangat mempengaruhi hasil tangkapan nelayan lokal. Juga berdampak pada bangkrutnya 115 pengekspor ikan dalam periode 10 tahun terakhir. "Dulu ikan Indonesia sampai 22 juta ton tapi kemudian berangsur turun hingga 6 juta ton setiap tahunnya," ujarnya.

Setelah Susi mengambil kebijakan tegas yang tanpa kompromi langsung menenggelamkan kapal asing yang tertangkap melakukan aktivitas pencurian ikan sejak tahun lalu, perekonomian nelayan lokal kini terpantau mulai membaik. Dari sebelumnya mendapat tangkapan 30 kilogram ikan per hari, menurut Susi, sekarang mampu memperoleh 90 kilogram.

Seiring keberhasilannya menekan angka pencurian ikan, Susi kini mulai berkampanye tentang pentingnya mengkonsumsi ikan. "Ikan merupakan ketahanan pangan yang baik karena memiliki komponen protein yang sangat diperlukan untuk menjadikan bangsa Indonesia pintar," ucapnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement