REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Meski tidak mengalami penurunan daya beli masyarakat, sejumlah pihak mengakui memang terjadi perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga masyarakat. Hal ini juga diakui Pengamat Ekonomi Hendri Saparini yang juga Ketua Kelompok Kerja Makro Ekonomi, Perdagangan dan Investasi Komite Ekonomi dan Indonesia Nasional (KEIN).
"Apa kita menghadapi perlambatan konsumsi rumah tangga? Data menunjukan iya, memang biasa tumbuhnya di antara 4,5-5 persen," ujar Hendri dalam diskusi Forum Merdeka Barat bertajuk Perekonomian Indonesia Tetap Tumbuh di Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta Pusat, Sabtu (12/8).
Karenanya, ia menilai pemerintah harus mewaspadai perlambatan konsumsi tersebut. Hal ini karena konsumsi rumah tangga berkontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB).
Menurutnya, persoalan yang membuat konsumsi rumah tanggal melambat karena adanya nilai tukar petani yang menurun dan juga upah buruh sehingga berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. "Jadi ini yang perlu diwaspadai karena ekonomi kita disokong konsumsi," katanya.