Ahad 13 Aug 2017 06:50 WIB

Pengamat: Pemerintah Harus Waspadai Perlambatan Konsumsi

Rep: Fauziah Mursid / Red: Ratna Puspita
Pedagang memilah cabai di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (4/1) malam. Harga cabai di sejumah pasar tradisional di Jakarta mengalami kenaikan. Terutama harga cabai rawit merah melonjak hingga Rp 130.000/Kilogramnya,hal ini disebabkan karena tingginya curah huja
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang memilah cabai di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (4/1) malam. Harga cabai di sejumah pasar tradisional di Jakarta mengalami kenaikan. Terutama harga cabai rawit merah melonjak hingga Rp 130.000/Kilogramnya,hal ini disebabkan karena tingginya curah huja

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Meski tidak mengalami penurunan daya beli masyarakat, sejumlah pihak mengakui memang terjadi perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga masyarakat. Hal ini juga diakui Pengamat Ekonomi Hendri Saparini yang juga Ketua Kelompok Kerja Makro Ekonomi, Perdagangan dan Investasi Komite Ekonomi dan Indonesia Nasional (KEIN).

"Apa kita  menghadapi perlambatan konsumsi rumah tangga? Data menunjukan iya, memang biasa tumbuhnya di antara 4,5-5 persen," ujar Hendri dalam diskusi Forum Merdeka Barat bertajuk Perekonomian Indonesia Tetap Tumbuh di Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta Pusat, Sabtu (12/8).

Karenanya, ia menilai pemerintah harus mewaspadai perlambatan konsumsi tersebut.  Hal ini karena konsumsi rumah tangga  berkontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB).

Menurutnya, persoalan yang membuat konsumsi rumah tanggal melambat karena adanya nilai tukar petani yang menurun dan juga upah buruh sehingga berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.  "Jadi ini yang perlu diwaspadai karena ekonomi kita disokong konsumsi," katanya.