Senin 14 Aug 2017 17:39 WIB

KPK Belum Tahu Sketsa Diperlihatkan ke Novel

Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar (kiri) berfoto bersama Novel Baswedan dan aktivis Kontras, Haris Azhar.
Foto: Twitter/@Dahnilanzar
Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar (kiri) berfoto bersama Novel Baswedan dan aktivis Kontras, Haris Azhar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) belum mengetahui apakah sketsa wajah pelaku yang diduga menyerang Novel Baswedan ikut diperlihatkan pada pemeriksaan Novel oleh Polri di Singapura, Senin (14/8). "Saya belum tahu persis apakah sketsa itu diberikan karena kalau diperlihatkan misalnya pihak yang diduga pelaku Novel juga tidak bisa dikonfirmasi ya atau tidak karena Novel tidak pernah melihat pelaku," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah di gedung KPK, Jakarta, Senin (13/8).

Febri menyatakan Polri sudah memperlihatkan kepada KPK sketsa wajah sebanyak tiga orang, namun masih dalam coretan pensil. "Jumlah sketsa yang pernah diperlihatkan kepada KPK itu ada tiga orang saat pertemuan Kapolri dengan pimpinan KPK tetapi sketsanya masih dalam coretan pensil. Lalu kemudian Kapolri mengatakan saat itu akan ditingkatkan menggunakan teknologi tertentu agar sketsanya lebih sempurna untuk proses pengenalan lebih lanjut," kata dia.

Polri mulai memeriksa Novel Baswedan di Singapura, Senin. "Informasi yang saya dapatkan dari tim di Singapura pemeriksaan sudah mulai dilakukan pagi ini," kata Febri.

Menurut Febri, tentu saja Novel akan menjelaskan apa yang dia ketahui terkait peristiwa penyerangan dengan menggunakan air keras pada 11 April 2017. "Jadi, tidak bisa ditanya misalnya siapa penyerang yang dilihat pada 11 April itu karena Novel memang tidak melihat. Tentu kami berharap nanti ada titik terang setelah proses pemeriksaan ini, meskipun sebenarnya pemeriksaan korban buksan syarat mutlak ditemukan pelaku atau tidak," ujar dia.

Prinsip dasarnya, kata Febri, KPK semaksimal mungkin berkoordinasi dengan Polri untuk pelaksanaan pemeriksaan pada Senin (14/8) ini. "Pemeriksaan sudah mulai, nanti kami tunggu informasi lebih lanjut apa saja yang terjadi di Singapura," ucap Febri.

Untuk pemeriksaan oleh Polri dan rencana operasi mata kiri Novel pada Kamis (17/8), kata Febri, Novel juga didampingi oleh tim KPK, yaitu dari Biro Hukum dan pimpinan KPK. "Ada tim yang ditugaskan dari Biro Hukum juga pimpinan yang menemani Novel sekaligus mengecek rencana operasi," ujarnya.

Pemeriksaan terhadap Novel sendiri dilakukan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo meminta Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian segera menuntaskan kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. 

"Beliau (Presiden) memerintahkan agar dituntaskan sesegera mungkin. Itu perintah beliau, tapi tadi kami sudah sampaikan langkah-langkah yang kita lakukan, prinsipnya kami ingin agar sesegera mungkin. tapi kadang-kadang ada kendala," kata Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian di Kantor Presiden Jakarta, Senin (31/7).

Tito menyampaikan hal itu seusai bertemu dengan Presiden Joko Widodo untuk menunjukkan sketsa pelaku penyerangan Novel Baswedan yaitu pria dengan ciri-ciri tingginya sekitar 167-170 cm, berkulit agak hitam, rambut kriting dan badan cukup ramping. "Hingga hari ini ada 59 saksi yang sudah didengar keterangannya, kemudian ada lima orang yang sudah kita amankan," ungkap Tito.

Lima orang yang sudah diamankan Polri yaitu seseorang berinsial M, H, MAL, Miko dan terakhir Miryam S Haryani yaitu anggota DPR dari fraksi Partai Hanura. Setelah diperiksa, kelimanya tidak didapati hubungan dengan penyiraman Novel.  "Sejumlah CCTV sekitar 50 CCTV dalam radius 1 kilometer juga sudah kita dapatkan. Berikut ada sekitar 100 lebih toko kimia yang sudah kita datangi yang menjual H2SO4, ini juga masih dalam pengembangan kita," tambah Tito.

Namun, Tito meyakini tidak ada jenderal polisi yang terlibat dalam penyerangan Novel seperti diberitakan belakangan. "Tidak ada jenderal polisi karena keterangan dari 3 orang ini mereka tidak ada hubungannya dengan perkara dugaan penganiayaan ini. Setelah dicek alibi mereka detail jam per jam, menit per menit, jadi saya kira sutradara yang hebat pun akan sulit membuat alibi-alibi seperti itu,” kata Tito.

Tito pun mengaku kepolisian sudah menemukan saksi penting yang dapat mengungkap kasus ini. “Kami menemukan saksi yang cukup penting, tapi yang bersangkutan tidak ingin disebutkan namanya untuk keamanan yang bersangkutan. Dia melihat kira-kira lima menit sebelum peristiwa, ada orang yang berdiri di dekat masjid yang sosoknya mencurigakan dan diduga dia adalah pengendara sepeda motor penyerang," ungkap Tito.

Novel diserang dua orang bersepeda motor dengan air keras ketika dalam perjalanan pulang setelah menunaikan Shalat Subuh dari masjid dekat rumahnya pada Selasa (11/4). Novel adalah salah satu penyidik senior KPK yang antara lain menangani kasus korupsi dalam pengadaan KTP-elektronik (KTP-el).

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement