Selasa 15 Aug 2017 20:23 WIB

Sepekan Terakhir, Puluhan Ton Ikan Mati di Cianjur

Rep: Riga Nurul Iman / Red: Ratna Puspita
Kondisi ikan mati di kolam ikan jaring. (Ilustrasi)
Foto: Antara
Kondisi ikan mati di kolam ikan jaring. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR — Puluhan ton ikan di kolam jaring apung (KJA) di Jangari, Kabupaten Cianjur mati dalam sepekan terakhir. Kondisi ini diduga terjadi karena ada perubahan musim yang berpengaruh pada terangkatnya pakan dan limbah domestik di dasar waduk ke atas.

Salah seorang petambak ikan di Jangari, Denden Supriadi (46 tahun), mengatakan, kondisi matinya puluhan ton ikan ini terjadi dalam seminggu terakhir. ‘”Kemungkinan akibat pengaruh perubahan cuaca akhir-akhir ini,” kata dia kepada wartawan Senin (15/8).

Menurut Denden, perubahan cuaca ini biasanya menyebabkan sisa pakan dan limbah domestik yang berada di dasar waduk terangkat ke permukaan. Dampaknya, dia melanjutkan, ikan menjadi mabuk dan kalau dibiarkan dalam kondisi tersebut akan mengalami kematian.

Denden menerangkan, kematian ikan paling banyak terjadi pinggiran waduk atau muara sungai. Dia mengatakan, hal ini karena racun dari dasar waduk ini akan terbawa oleh arus ke pinggiran.

Denden menambahkan, keberadaan ikan juga tergantung pada ketersediaan oksigen. Jika ikan terlalu dekat dengan eceng gondok maka asupan oksigennya kurang. Ke depan, dia menuturkan, para petani akan diarahkan menjauhkan kolam ikannya dari eceng gondok.

Denden memperkirakan, jumlah ikan yang mati di kolamnya sejak sepekan terakhir mencapai sekitar 20 ton. Ia melanjutkan kematian ikan menyebabkan kerugian materiil mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah. 

Kepala Seksi Perikanan Budidaya, Dinas Kelautan, Peternakan, dan Perikanan Kabupaten Cianjur Erna Nurdiana menuturkan, fenomena kematian ikan ini memang terjadi setiap tahunnya di Jangari. “Penyebab kematian bisa karena penyakit atau fenomena upwelling,” kata dia. 

Erna menerangkan, pemkab kini sedang mencari tahu secara pasti penyebab kematian ikan di KJA Jangari. Namun, dia menerangkan, jika karena upwelling maka akan berdampak besar pada keberadaan ikan. 

Dia menerangkan kondisi ini karena sisa pakan yang terbawa arus kini muncul ke permukaan. Biasanya, dia menyebutkan, gejala ini terjadi pada Desember dan Januari. “Serta kemungkinan di bulan lain juga,” kata dia. 

Menurut Erna, produksi ikan di Cirata atau Jangari mencapai 100 hingga 150 ton per hari. Dia memperkirakan, keuntungan mencapai milaiaran rupiah per harinya.

Erna menerangkan, jenis ikan yang dikembangkan di sana yakni ikan tawar. Rinciannya, sebanyak 40 persen ikan mas, 30 persen ikan nila, dan 30 persen jenis ikan lainnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement