Selasa 15 Aug 2017 21:10 WIB

Tiga Petani Raih Penghargaan Petani Berprestasi dari Mentan

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Hazliansyah
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Foto: kementan
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mursidin petani asal Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) menerima penghargaan dari Kementerian Pertanian sebagai salah satu petani berprestasi tahun ini.

Di lahan sekitar 1 hektare, Mursidin menanam dengan sistem padi-padi-palawija. Selain menanam padi dan jagung, ia juga mengembangkan peternakan dan alat mesin pertanian (alsintan). Mursidin telah mengenal pertanian sejak kecil dan mulai kembali bertani pada 2013,

"Ternak saya ada 60 ekor," katanya usai menerima penghargaan di Swisbell Hotel, Selasa (14/8).

Menurutnya, prestasi tersebut tak lepas dari adanya bantuan pemerintah baik pusat maupun daerah. Bahkan sering kali, kata dia, Menteri Pertanian Amran Sulaiman berkunjung ke Lombok Barat untuk meninjau pertanian yang ada.

"Itu yang membuat support motivasi kami buat bertani," ujarnya.

Selain Mursidin, ada dua petani lain yang turut menerima penghargaan. Yaitu Asep Halim Jamaludin dari Ciamis, Jawa Barat dan Karel P. Peternak Sapi asal Jayapura, Papua. Masing-masing mendapatkan hadiah sebesar Rp 20 juta.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan, pemberian penghargaan ini agar menjadi motivasi bagi petani lain untuk lebih bersemangat. Apalagi saat ini pertanian tanah air sudah maju.

"Kini Indonesia tak impor beras dan jagung lagi. Produksi padi dan jagung kita mengalami lompatan besar, sehingga kita tidak impor," kata dia.

Rasa sayang pemerintah kepada petani juga disampaikan berupa adanya program asuransi pertanian untuk melindungi petani dari gagal panen. Begitu juga bantuan pemerintah untuk memperbaik tiga juta hektare irigasi yang rusak.

"Contohnya di Jawa Barat, kini sawah beririgasi bertambah. Belum lagi bantuan alat mesin pertanian yang jumlahnya cukup besar, bahkan naik 2.000 persen," tambah dia.

Hal tersebut membuat penerapan teknologi di petani kian besar. Biasanya, petani bercocok tanam menggunakan cangkul tapi kini dengan bantuan alsintan.

Sedangkan untuk menjaga harga jual, Amran melanjutkan, pemerintah telah menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) dan kebijakan agar Bulog membeli gabah petani di luar kualitas.

"Bahkan Bulog juga bisa membeli gabah yang berada di atas kualitas HPP dengan cara komersial," ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement