REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nuansa bertabur kebudayaan tampak di setiap sudut saat peringatan hari kemerdekaan yang diselenggarakan di Istana Negara. Istana bersolek memamerkan beragam kebudayaan dalam perayaan tahunan ini.
Keragaman budaya yang menjadi harta bagi negara Indonesia juga ditunjukan ketika para tamu undangan hadir memasuki komplek Istana Negara. Pakaian yang mereka kenakaan tak lepas dari hal-hal yang berbau daerah.
Hiramaya Ahmad misalnya. Wanita dari Gorontalo ini datang menghadiri perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-72 mengenakan pakaian adat Biliu. Baju khas Gorontalo sengaja dipakai untuk menyesuaikan tema kemerdekaan tahun ini di Istana Negara.
"Baju ini (pakaian adat Biliu) biasanya digunakan oleh kalangan raja di Gorontalo. Ini suka dipakai para permasyuri," kata Hiramaya kepada Republika, Kamis (17/8).
Dalam pakaian adat ini, lanjut Hiramaya, terdapat delapan aksesoris berbeda yang memiliki arti tersendiri. Delapan aksesoris tersebut adalah baya lo boute, tuhi-tuhi, lai-lai, buohu wulu wasu dehu, kecubu, etango, pateda, dan luobu.
Untuk membuat baju adat Biliu, Hiramaya membutuhkan waktu satu pekan. Bahan yang digunakan merupakan kain biasa. Kesulitan dalam pembuatan pakaian ini adalah pernak-pernik yang cukup banyak dan rumit yang terdapat pada pakaian Biliu. "Harga baju ini kalau bikin sendiri bisa mencapai dua juta rupiah," ujar Hiramaya.
Keberhasilan Hiramaya menjadi salah satu undangan dalam perayaan Kemerdekaan di Istana Negara tak terlepas dari loyalitas dia yang mengabdi pada kelompok Taruna Siaga Bencana Kementerian Sosial. Mengabdi sejak 2015, Hiramaya dianggap berdedikasi sehingga layak untuk diundang menghadiri acara ini.
Penggunaan pakaian adat juga dilajkukan Lilis Sarah. Lilis berhasil mendapatkan undangan perayaan kemerdekaan setelah menang lomba yang diadakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pusat. Lilis merupakan perwakilan dari Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah.
Lilis pun menggunakan pakaian adat dayak yang memiliki dua corak di bagian depan yaitu, Burung Enggang dan Batang Garing. Burung Enggang mencirikan mahluk hidupa yang setia, sedangkan Batang Garing adalah pohon yang disebut memberikan kemakmuran bagi masyarakat suku dayak.
"Saya sangat bangga dengan pakaian ini apalagi kami dari pelosok bisa membawa baju ini ke nasional (Istana Negara)," ujarnya.
Pakaian adat yang digunakan setiap undangan yang hadir dalam pelaksanaan kemerdekaan di Istana Negara juga dikenakan para pejabat petinggi negeri. Mulai dari menteri dan kepala lembaga hingga pejabat di DPR yang hadir turut memakain pakaian adat.
Untuk menghargai setiap orang yang hadir menggunakan pakaian adat ini, Presiden Joko Widodo bahkan memberikan lima sepeda bagi lima peserta yang berhasil mengenakan pakaian terbaik. Kelima pemenang ini adalah Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly yang memakai pakain adat Nias, kemudian Oesman Sapta Odang yang mengenakan pakaian adat khas Melayu, dan asisten ajudan presiden Syarif Muhamad yang mengenakan pakaian adat Dayak dari Kalimantan Barat.
Selain itu, dewan juri juga memilih istri Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Tri Karnavian, yang mengenakan pakaian adat Papua dihiasi rumbai pada bajunya, serta Agati Sulie yang mengenakan pakaian adat suku Dayak.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang merupakan orang asli Solo justru tidak menggunakan pakaian adat jawa. Dia memakain pakaian adat Tanah Bumbu dari Kalimantan Selatan. Sementara Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) terlihat memakai pakaian adat suku bugis. Pakain ini juga yang dipakai oleh BJ Habibie yang merupakan orang asli Pare-pare, Sulawesi Selatan.