Kamis 17 Aug 2017 18:41 WIB

Majunya Bangsa Tergantung Adanya Rasa Kebersamaan

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Sekertaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Anwar Abbas
Foto: ROL/Abdul Kodir
Sekertaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Anwar Abbas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Anwar Abbas menanggapi, pidato Presiden Jokowi yang menekankan persatuan dan kebersaman dalam membangun bangsa. Menurut dia, pidato yang disampaikan Jokowi dalam sidang paripurna MPR-RI pada Rabu (16/8) kemarin itu sesuai dengan ajaran Islam.

"Dari perspektif agama Islam imbauan itu sangat Islami dan perapektif ilmu sosialogi menurut Ibnu Khaldun juga begini, maju dan tidak majunya suatu dan kuat dan tidak kuatnya suatu bangsa tergantung kepada ada dan tidak adanya rasa kebersamaan di antara sesama anggota bangsa itu," ujarnya kepada Republika.co.id, Kamis (17/8).

Menurut dia, hanya dengan rasa kebersamaan dan persatuan itulah bangsa Indonesia bisa meraih kemajuan, sehingga pernyataan Jokowi sudah sepatutnya diikuti juga oleh pejabat-pejabat di bawahnya termasuk rakyat Indonesia. "Jadi memang begitu sunnatullahnya, kalau kita mau maju itu ya harus bersatu. Kalau kita tidak ingin maju ya jangan bersatu," ucapnya.

Dia mencontohkan, Singapura maju karena bersatu, Korea Selatan maju juga karena bersatu. Sementara, Syria ambruk karena tidak bersatu dan Libya hancur karena tidak bersatu. Karena itu, menurut dia, umat Islam di Indonesia wajib bersatu untuk membangun bangsa yang damai.

Menurut Anwar, rasa persatuan dan kebersamaan harus lah terus dijaga oleh pemerintah dan harus juga ditunjukkan dengan terciptanya keadilan sosial. Sementara, instrumen pesatuan itu sendiri adalah dengan cara mengedepankan musyawarah.

"Jadi untuk terciptanya persatuan dan kesatuan itu instrumennya adalah musyawarah. Ketika kita bermusyawah kita harus dengan sebuah semangat, semangat berketuhanan, semangat berperikemanusiaan, semangat persatuan, semangat untuk menaju tercapainya keadilan sosial," katanya.

Namun, kata dia, yang menjadi masalah saat ini ternyata keadilan sosial di Indonesia belum sepenuhnya tercapai. Sehingga, dia mengimbau, agar pemerintah tidak membuat keputusan sebelah mata.

"Ini yang menjadi masalah saat ini, yang namanya keadilan sosial ini sepertinya masih belum seperti yang diharapkan. Tapi imbauan Pak Jokowi ini harus ditindaklanjuti dengan lebih baik. Oleh karena itu bermusyawarah lah, jangan membuat keputusan sepihak saja," kata Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement