Jumat 18 Aug 2017 07:12 WIB

Mengibarkan Merah Putih di Gua Nabi

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Qommarria Rostanti
Pengibaran bendera Merah Putih di atas Jabal Nur, Makkah, Arab Saudi.
Foto: Dok Pondok Modern Tazakka
Pengibaran bendera Merah Putih di atas Jabal Nur, Makkah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, Sang Saka Merah Putih, simbol Indonesia, ternyata tetap terpatri di hati sekelompok jamaah haji Indonesia. Di tengah kekhyusuan melaksanakan rukun Islam kelima, mereka menyempatkan diri mengibarkan lambang perjuangan melawan penjajahan ‎itu di situs bersejarah bagi umat Islam, gua Hira, Makkah, Arab Saudi.

Tempat itu diketahui banyak orang sebagai persembunyian Rasulullah SAW. Di sanalah putra Abdullah pertama kali bertemu malaikat Jibril dan menerima wahyu pertama, "Iqra bismi rabbikal ladzi khalaqa." Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan (al-Alaq 1)‎. Muhammad juga menerima empat ayat berikutnya yang sama-sama berisikan perintah membaca.

Mereka yang dengan sengaja mengibarkan bendera Indonesia di gua tersebut adalah pimpinan Pondok Modern Tazakka Bandar Batang Jawa Tengah, KH Anizar Masyhadi beserta rombongan jamaah haji yang dibimbingnya, kloter SOC 09. Hal itu dilakukannya tepat pada saat Arab Saudi memasuki 17 Agustus.

Rombongan tersebut mengawali syukuran kemerdekaan Indonesia dengan shalat Subuh di masjid sekitar Jabal Nur, lalu dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh KH Anizar Masyhadi. Di antara rombongan ada Ketua Kloter SOC 09 Bapak Ramdan, TPHD Bapak Suwanto, dan TKHI Bapak Sair.

"Alhamdulillah, syukur luar biasa dapat mengibarkan Merah Putih di atas Jabal Nur, di tempat yang menjadi tonggak kerasulan Nabi Muhammad SAW. Semoga Merah Putih tetap jaya mempersatukan Indonesia sebagaimana jayanya Islam yang berawal dari Gua Hira ini," kata Gus Nizar kepada Republika.co.id melalui pesan singkat, Kamis (17/8).

Gus Nizar mengatakan, wahyu pertama diterima oleh Rasulullah SAW dimulai dengan suatu mimpi yang benar. Dalam mimpi itu, beliau melihat cahaya terang laksana fajar menyingsing di pagi hari. Kemudian Rasulullah berkhalwat dengan menyendiri di Gua Hira, berdekatan dengan Allah SWT dan memohon petunjuk.

Allah SWT memerintahkan manusia untuk membaca alam ini, kehidupan, dan keseluruhan dinamika yang ada. Tanpa membaca, manusia tidak akan pernah sampai kepada puncak kesempurnaan.

Jamaah yang tergabung dalam rombongan 3 dan 4 merupakan rombongan haji KBIH Muzdalifah binaan Pondok Tazakka. Mereka adalah satu-satunya jamaah asal Indonesia yang mengibarkan bendera Merah Putih di atas ketinggian Jabal Nur.

Dari puncak bukit itu, Gus Nizar menjelaskan makna kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Menurutnya, Pancasila yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa merupakan cerminan ajaran-ajaran prinsip dalam Islam.

Sila Ketuhanan yang Maha Esa adalah manifestasi dari ajaran tauhid, disusul kemudian kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan keadilan. "Itu semua ajaran-ajaran paling prinsip dalam Islam, maka mestinya setiap orang Islam di negeri kita adalah seorang pancasilais, karena tidak mungkin umat Islam mengingkari ajaran tauhid, penghormatan pada manusia, perintah untuk bersatu, musyawarah dan menegakkan keadilan," ujar alumnus Pondok Gontor itu.

Maka, kata dia, setiap upaya yang ingin menjauhkan bangsa ini dari umat Islam adalah tindakan menyimpang dan ahistoris. Sebab, pada Pembukaan UUD 1945, agama memperoleh tempat yang kokoh. Setiap pandangan dan usaha yang mempertentangkan antara Islam dan Pancasila menjadi tidak bermakna dan bahkan meluruhkan nilai dasar keduanya sebagai sumber nilai luhur berbangsa dan bernegara.

Selesai mengibarkan merah putih, mereka kembali fokus melaksanakan haji. Doa mereka panjatkan untuk kemaslahatan keluarga dan bangsa di tempat para nabi pernah tinggal, Tanah Suci.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement