Jumat 18 Aug 2017 15:19 WIB

Netty: Kemerdekaan Hakiki adalah Nihil Kekerasan Bagi Anak

Rep: Zuli Istiqamah/ Red: Agus Yulianto
Dr Hj Netty Prasetiyani Heryawan, Ketua P2TP2A Provinsi Jabar.
Foto: Istimewa
Dr Hj Netty Prasetiyani Heryawan, Ketua P2TP2A Provinsi Jabar.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat Netty Heryawan mengatakan, peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus memiliki makna yang penting bagi semua masyarakat. Termasuk bagi kaum perempuan dan anak-anak.

Netty mengatakan, meginjak usia 72 tahun Indonesia merdeka, masih ada jeritan perempuan dan tangisan anak-anak yang belum bisa merasakan manisnya kemerdekaan. Seharusnya, kemerdekaan yang hakiki harus dibuktikan dengan nihilnya kekerasan bagi anak dan peremluan.

"Makna kemerdekaan untuk perempuan dan anak adalah kita menjadi subjek pembangunan, terlibat secara langsung, memiliki akses kontrol terhadap manfaat-manfaat pembangunan. Dan terakhir tentu saja yang namanya merdeka sejati adalah terbebasnya perempuan dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi," kata Netty seperti dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (18/8).

Dewasa ini, kekerasan terhadap perempuan dan anak semakin kompleks, beragam pola dan tingkat kekerasannya. Antara lain adalah kekerasan dan kejahatan cyber, pelecehan seksual, hingga human trafficking atau perdagangan manusia. Ironisnya, kaum perempuan dan anak-anaklah yang rentan menjadi korban kasus-kasus tersebut. Menurut Data dari Komnas Perempuan, ditahun 2016 tercatat ada 259.150 kasus kekerasan terhadap perempuan.

Kekerasan terhadap perempuan dan anak bagaikan fenomena gunung es karena kasus yang muncul ke permukaan hanyalah sebagian kecil, sedangkan yang lebih besar dan luas lainnya seolah tak terlihat. Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah peran orang tua untuk menanamkan perilaku dalam keluarga tanpa kekerasan, memantau perkembangan perilaku dan psikologis anak, ikut mengawasi lingkungan sekitarnya dan secara bersama-sama membentuk kelembagaan di lingkungan sosial untuk memberikan pengawasan terhadap perilaku anak.

Maka dari itu, di Hari Kemerdekaan 17 Agustus ini tentu sangat relevan untuk dijadikan sebagai momentum agar terus melibatkan peran perempuan dan anak Indonesia guna menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak. "Merdeka itu juga bebas dari kekerasan fisik, psikis, seksual, dan penelantaran," ujar Netty.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement