REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Rabithah Al Alam Al Islami (Liga Islam Dunia), Dr. Muhammad bin Abdulkarim Al ‘lsa meresmikan Markaz I’dad Muallimi Al-Qur’an Al-karim Wal Ijazah bi Sanad atau Pusat Pengkaderan Pengajar Al-Qur’an Al-Karim dan Ijazah Sanad di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, Ketapang, Tangerang, Jumat (18/8).
Bertempat di lantai dasar Masjid Nabawi, areal ponpes tahfizh Daarul Qur'an, Pusat pengkaderan pengajar Alqur’an ini nantinya akan menjadi tempat mendidik para pengajar Al-Qur’an dan memiliki sanad hingga Rasulullah saw.
Dalam sambutannya Abdul Karim menyatakan kebahagiaan dan kebanggaannya dengan muslim Indonesia yang banyak menjadi penghafal Alqur’an. Baginya dengan bahasa ibu yang berbeda dengan bahasa Alqur’an diturunkan pastinya butuh usaha yang besar untuk menjadi penghafal Alqur’an.
“Saya bangga dengan perkembangan pendidikan tahfizh di Indonesia yang demikian pesat. Ini harus kita apresiasi dan jaga serta tingkatkat terus” ujarnya.
Ia pun menyatakan bukan berarti setelah menghafal Alqur’an maka itu berhenti. Selanjutnya adalah perlu untuk memahami isi kandungan Al-Qur’an dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari hingga Al-Qur’an menjadi cerminan diri kita. Seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, sebagaimana disampaikan oleh Aisyah istrinya, bahwa “Akhlak beliau adalah Alqur’an”
“Maka itu menjadi sebuah kewajiban bagi para penghafal Alquran dan muslim lainnya untuk bisa berbahasa Arab. Karena untuk mengerti Alquran kita juga harus paham dengan bahasa dasarnya yakni bahasa Arab” tambahnya.
Abdul Karim juga terkesan dengan bacaan Alquran Muslim Indonesia. Saat menguji salah satu santri Pusat Pengkaderan Alquran, ia berkali-kali tersenyum dan bersyukur dengan bacaan santri yang diuji.
Dalam kesempatan tersebut ia juga mengajak Muslim Indonesia untuk menjadi Muslim yang wasathiyah atau tengah-tengah tanpa terjebak pada paham radikal dan lainnya.
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement