Jumat 18 Aug 2017 19:02 WIB

Bendera Indonesia Berkibar di Tengah Samudra Pasifik

Pengibaran bendera di KJRI Noumea.
Foto: KJRI Noumea.
Pengibaran bendera di KJRI Noumea.

REPUBLIKA.CO.ID, NOUMEA -- Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, berbagai persiapan dilakukan oleh masyarakat untuk merayakannya. Tidak hanya oleh warga negara Indonesia (WNI) di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri, termasuk di KJRI Noumea yang berada di tengah Samudra Pasifik.

Di KJRI Noumea upacara dilaksanakan dua kali, penaikan dan penurunan bendera Merah Putih yang dilakukan pukul 09.00–10.00 dan 17.30–18.00 waktu setempat. Kegiatan penaikan bendera berlangsung tertib dan khidmat dan diikuti sekitar 100 orang peserta, sedangkan upacara penurunan bendera diikuti oleh lebih banyak lagi peserta, yakni sekitar 250 orang.

Dalam sambutannya, Kepala Perwakilan KJRI Noumea, Winbert Hutahaean, menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada masyarakat dan diaspora Indonesia. Meskipun peringatan ini dilaksanakan pada hari kerja, banyak orang menyempatkan hadir sebagai wujud cinta akan tanah leluhur di Indonesia.

Konsul Winbert Hutahaean menyampaikan capaian pembangungan di bawah Presiden Joko Widodo, khususnya dengan pembangunan infrastruktur di Papua. Upacara tersebut dihadiri oleh masyarakat dan diaspora Indonesia, dari mulai anak-anak sampai dewasa dan orang tua di New Caledonia.

Mengambil momentum kemerdekaan, pada upacara tersebut, KJRI bersamaan meluncurkan jurnal 6 bulanan “Les Calinedos” sebagai wadah informasi para diaspora Indonesia di New Caledonia. Penerbitan jurnal ini bekerja sama dengan harian lokal Les Nouvelles-Caledonies.

Pada saat bersamaan juga diperkenalkan penggunaan istilah “Calinedos” [kælɪndo] untuk menggambarkan orang Caledonia keturunan Indonesia. Tujuannya adalah untuk membentuk identitas unik di negara yang multikultur sehingga memiliki kekuatan tawar yang lebih besar, seperti halnya kaum Hispanic di AS.

Acara sore hari dilanjutkan dengan syukuran dan silaturahmi dengan tokoh, sesepuh, serta komunitas Indonesia dan keturunannya di New Caledonia dalam format Panggung Gembira. Pada kesempatan tersebut, Konsul Winbert

Hutahaean mengajak seluruh para diaspora, meskipun sudah berkewarganegaraan Prancis, agar tetap ingat dengan Indonesia sebagai tanah leluhurnya. Untuk menggugah semangat kecintaan pada tanah air, maka seluruh peserta upacara diajak untuk menyanyikan bersama lagu “Tanah Airku” (Cipt: Ibu Sud).

New Caledonia adalah sebuah teritori seberang lautan di bawah pemerintahan Prancis sehingga walau berada di Samudra Pasifik, status administrasinya adalah negara Prancis. Bahasa nasional yang digunakan adalah Prancis. Banyak yang tidak mengetahui status unik diaspora Indonesia di New Caledonia. Keunikannya adalah karena mereka sudah berada di New Caledonia sejak 1896 jauh sebelum Indonesia merdeka.

Keberadaan mereka dibawa oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk bekerja di tambang nikel dan pertanian kopi. Dengan waktu yang panjang tersebut, telah terbentuk 5 generasi sehingga pada generasi ke-5 mayoritas tidak dapat lagi berbicara bahasa Indonesia, tetapi tetap dapat berbicara bahasa Jawa (ngoko).

Jumlah diaspora Indonesia di New Caledonia berkisar 7000 jiwa atau 1,4 persen dari penduduk New Caledonia yang berkisar 225 ribu. Beberapa keturunan Indonesia telah menduduki posisi penting di pemerintahan lokal New Caledonia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement