REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Indeks kebahagiaan masyarakat Bali tahun ini meningkat, dari 68,46 pada 2014 menjadi 70,64 pada 2017 dari skala 0-100. Angka tersebut menggunakan metode yang sama seperti 2014 atau meningkat 2,17 poin.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho mengatakan dilihat dari indikator penyusunnya, kepuasan terhadap kondisi keamanan hidup di Bali paling tinggi. Poin terendah 63,75 terlihat pada kepuasan terhadap pendidikan dan keterampilan yang merupakan subdimensi kepuasan hidup personal.
"Nilai kepuasan pada kondisi keamanan di Bali adalah 80,16 persen dan ini merupakan subdimensi kepuasan hidup sosial," kata Adi, Senin (21/8).
Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) di Bali pada 2017 pada dimensi perasaan (affect) menunjukkan orang Bali senang, riang, dan gembira dalam menjalankan kehidupan sehari-hari di mana nilainya 75,28. Pada dimensi makna hidup (eudaimonia), indikator tujuan hidup paling tinggi, mencapai 76,23.
"Kesimpulannya, orang Bali umumnya optimistis dnegan masa depannya," kata Adi.
Penduduk yang tinggal di kota cenderung lebih bahagia dibanding penduduk yang tinggal di desa. Indeks kebahagiaan di perkotaan mencapai 70,04, sementara pedesaan 69,22. Kaum laki-laki lebih bahagia (73,12) dibanding perempuan (71,67).
Mereka yang belum menikah cenderung lebih bahagia (73,30) dibanding penduduk dengan status perkawinan lainnya. Penduduk paling bahagia berada di kelompok umur 25-40 tahun dengan nilai mencapai 72,81.
Indeks kebahagiaan Provinsi Bali berada pada urutan kesembilan nasional, setelah Maluku Utara, Maluku, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Gorontalo, Kepulauan Riau, dan Yogyakarta. Meski demikian, angkanya terbilang tinggi, 72,48 di atas rata-rata nasional 70,69.