REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank Mandiri menyetujui aksi korporasi berupa pemecahan saham (stock split) dengan rasio 1:2 guna meningkatkan volume transaksi perdagangan. Pada penutupan perdagangan Jumat (18/8), saham Bank Mandiri (BMRI) diperdagangkan pada Rp 13.100 per lembar saham.
Menurut Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo, dengan meningkatkan jumlah saham yang beredar dan menurunkan harga per lembar saham menjadi lebih murah, diharapkan semakin banyak pemegang saham domestik.
"Dengan harga saham yang lebih murah dan terjangkau, diharapkan investor ritel domestik bisa masuk kembali, dan dapat ikut meramaikan perdagangan saham Bank Mandiri dan likiduitas perusahaan semakin membaik," ujar Kartika Wirjoatmodjo di Plaza Mandiri, Senin (21/8).
Bank Mandiri sebagai salah satu perseroan dengan permodalan besar (big capital), kepemilikan sahamnya terkonsentrasi di pemegang saham asing. Berdasarkan daftar kepemilikan saham Bank Mandiri terakhir, hampir 40 persen pemegang sahamnya berasal dari institusi keuangan luar negeri.
Ia mengungkapkan, pada waktu harga saham Bank Mandiri meningkat, jumlah perdagangan rata-rata harian perseroan agak menurun. Hal ini yang menurut pihaknya menjadi sesuatu yang harus disesuaikan.
"Nanti transaksi harian kita tidak hanya dikombinasi oleh pemegang saham asing tapi juga investor ritel domestik," kata Kartika.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas menambahkan, pelaksanaan stock split akan ditentukan oleh perseroan dengan memperhatikan kondisi pasar. Nantinya, perusahaan akan membahas administratif untuk penyesuaian anggaran dasar dan mengubah sisi nilai serta jumlah lembar saham untuk kemudian mengajukan proses stock split ke Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Kira-kira nanti di November seluruh prosesnya kita perkirakan sampai di bursa," kata Rohan.