REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kunjungan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Komunis Vietnam (PKV) Nguyen Phu Trong tak perlu ditakutkan dan disambung-sambungkan dengan Cina. Kedua negara tersebut berbeda meski sama-sama berideologi komunisme.
"Cina dan Vietnam memang sama-sama negara komunis. Tetapi, Cina cenderung ekspansionis, sementara Vietnam tidak," jelas pengamat politik dari Network for South East Asian Studies (NSEAS) Muchtar Effendi Harahap ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (21/8).
Menurutnya, bagi pihak antikomunisme, tentu harus membedakan sikap negatif terhadap Cina dengan Vietnam. Muchtar mengatakan, komunisme Cina lebih berbahaya ketimbang Vietnam. "Cina jelas berencana memindahkan rakyat mereka ke Indonesia. Vietnam tidaklah," kata dia.
Selain itu, ia juga melihat kunjungan Trong ini bukanlah suatu masalah. Itu karena PKV yang dipimpinnya bukan merupakan perpanjangan tangan komunis Cina. "Saya malah lebih khawatir dan tidak suka kalau Sekjen Partai Komunis Cina disikapi seperti Vietnam," lanjut dia.
Sebelumnya, Trong dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kunjungan resmi ke Indonesia tersebut akan dilakukan pada 22-24 Agustus 2017. Rencananya, selain bertemu dengan Presiden Jokowi, Sekjen Partai Komunis Vietnam tersebut juga akan bertemu dengan pimpinan DPR, DPD, dan MPR.
Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Johan Budi pun menilai kunjungan ini tak perlu dipersoalkan. Sebab, partai tersebut juga merupakan partai mayoritas di Vietnam.