REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar meyakini, masyarakat Indonesia akan tetap menaruh curiga terhadap kepolisian, meskipun mampu membongkar kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan. Itu tak lain karena polisi terkesan berlarut-larut dalam upaya penyelesaian kasus yang sudah lebih dari empat bulan itu.
"Jika begini caranya, seandainya kasus itu terbongkar pun masyatakat akan tetap curiga dan tidak puas dengan kinerjanya (polisi)," kata Bambang saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (23/8).
Menurut Bambang, masyarakat akan lebih curiga setelah Polri terlihat takut didampingi oleh tim gabungan pencari fakta (TGPF) dalam pengungkapan kasus Novel. Padahal, semestinya polisi berterima kasih saat ada masyarakat yang ingin berpartisipasi demi meringankan bebannya.
Bambang menambahkan, polisi seharusnya lebih mempertimbangkan kecurigaan masyarakat yang mungkin timbul di masyarakat akibat kejanggalan-kejanggalan yang ada. Dibanding, polisi melindungi oknum pejabat tinggi yang diduga tetlibat dalam kasus penganiayaan terhadap Novel.
"Hal demikian seharusnya dipertimbangkan lebih penting oleh Polri, dibanding seandai nya ada pihak-pihak atau oknum pejabat tinggi yang mungkin terkait dengan kasus Novel tersebut," ucap Bambang.
Seperti diketahui, Novel Baswedan diserang dengan air keras oleh orang tak dikenal pada 11 April lalu sepulang dari salat subuh di masjid dekat rumahnya. Namun, hingga saat ini kasus tersebut tak kunjung menemukan titik terang. Meskipun polisi sudah melakukan pemeriksaan terhadap Novel di Singapura.