Rabu 23 Aug 2017 16:03 WIB

Serangan 9/11 Dirancang dari Tel Aviv?

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Serangan teror 11/9: awal perang melawan terorisme
Foto: dw-world
Serangan teror 11/9: awal perang melawan terorisme

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Fakta mengejutkan disampaikan Dr Kevin Barrett, seorang akademisi Amerika yang telah mempelajari peristiwa serangan 9/11 sejak akhir 2003. Ia mengungkapkan, serangan terorisme pada 11 September 2001 di AS tidak direncanakan di Kabul, Afghanistan, seperti yang diklaim Presiden AS Donald Trump.

Sebaliknya, rencana serangan itu justru diatur oleh unsur-unsur tertentu di Washington, DC, Amerika Serikat dan Tel Aviv, Israel. "Kudeta Zionis 9/11 dilakukan oleh kombinasi antara orang Israel dan Amerika neo-konservatif bersama dengan sayap kanan garis keras di militer Amerika dan badan intelijen yang melepaskan kudeta di Amerika," kata Dr Barrett.

Dr Barrett, anggota pendiri Panel Ilmiah untuk Investigasi 9/11, menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah wawancara dengan media Iran, Press TV, pada Selasa (22/8). Saat itu ia mengomentari pernyataan yang dibuat Trump dalam pidato kenegaraannya tentang Afghanistan, pada Senin (21/8) di Fort Myer, Virginia.

"9/11, serangan teroris terburuk dalam sejarah kita, direncanakan dan diarahkan dari Afghanistan karena negara tersebut diperintah oleh pemerintah yang memberi kenyamanan dan perlindungan kepada teroris. Penarikan pasukan yang tergesa-gesa akan membuat kekosongan yang akan diisi oleh teroris, termasuk ISIS dan Alqaidah, seperti yang terjadi sebelum 11 September," ujar Trump dalam pidatonya.

Namun, kata Barret, Donald Trump baru saja membawa Amerika Serikat ke sebuah rawa yang tak ada dasarnya di Afghanistan. Dan alasan Trump sama seperti selama 16 tahun terakhir ini, yaitu Afghanistan bertanggung jawab atas serangan di New York dan Washington pada 11 September 2001.

"Saat Trump mencalonkan diri sebagai presiden, dia menunjukkan sikap skeptis terhadap perang asing. Dia menyadari perang di Irak dan Afghanistan telah menghancurkan ekonomi dan infrastruktur Amerika," tambahnya.

Trump juga bersikap skeptis terhadap serangan 9/11. Pada 11 September, Trump langsung mengatakan pasti ada bahan peledak yang digunakan. Dia mengatakan, tidak mungkin pesawat bisa meruntuhkan bangunan itu.

Dan dia benar, seperti yang telah dikemukakan oleh Architects and Engineers for 9/11 Truth. Ribuan arsitek dan insinyur mempertaruhkan reputasi mereka dengan mengungkapkan apa yang terjadi pada tiga gedung pencakar langit, termasuk Gedung 7, pada peristiwa 9/11. "Jelas-jelas itu dikendalikan keruntuhannya," ujar Dr Barrett.

"Jadi pernyataan resmi yang mengatakan adanya pembajakan pesawat yang dikendalikan oleh seorang pria di dalam gua di Afghanistan itu benar-benar menggelikan dan telah sepenuhnya terbantahkan," katanya.

Dan sekarang Donald Trump, yang pernah bersikap skeptis tentang semua ini, menuduh George W Bush sebagai seseorang bertanggung jawab atas 9/11. "Trump yang kita harapkan dapat menjadi seseorang yang akan mengatakan kebenaran tentang apa yang sebenarnya telah terjadi pada Amerika sejak serangan palsu pada 11 September. Semua harapan itu kini melesat," ungkapnya.

Dr Barrett mengatakan sekarang Trump jelas berada di bawah kendali Deep State yang membunuh 3.000 orang Amerika dalam sebuah tindakan pengkhianatan tingkat tinggi pada 11 September 2001. Serangan 11 September 2001, yang juga dikenal sebagai serangan 9/11, merupakan serangkaian serangan di AS yang menewaskan hampir 3.000 orang.

Serangan ini juga menyebabkan kerusakan properti dan infrastruktur senilai 10 miliar dolar AS. Pejabat AS menegaskan, serangan tersebut dilakukan oleh 19 teroris Alqaidah, namun banyak pakar mempertanyakan hal tersebut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement