REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Najamuddin mengatakan kain atau wastra tradisional merupakan salah satu unsur pembangun kemandirian ekonomi perempuan adat, sehingga dibutuhkan perlindungan dan inovasi agar tidak punah.
“Kain dan produk kebudayaan butuh perlindungan dan inovasi untuk bisa bersaing, tanpa menghilangkan autensititasnya,” kata Najamuddin dalam konferensi pers kegiatan Parade dan Bincang Kain Tradisional di Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Kamis (24/8).
Menurutnya kain tradisional merupakan media penyalur pengetahuan, budaya, dan seni antarperempuan adat lintas generasi. Kain tradisional juga memiliki peranan utama dalam kegiatan adat.
Sementara itu, Deputi IV bidang Kebudayaan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Mina Susana Setra menyebut, banyak kain tradisional Indonesia yang teramcam punah. Alasannya, karena masyarakat adat pembuat kain sulit menemukan bahan baku.
“Kain erat hubungannya dengan penyedia atau bahan materi. Itu disediakan alam, alam sendiri sudah dirusak,” ujar Mina.
Mina mencontohkan salah satu yang terancam punah yakni kain kulit kayu. “Banyak bahan yang hampir punah. Tak hanya orangnya, tapi semua bahannya hampir hilang,” tutur Mina.
Ia menyebut untuk meneruskan dan melestarikan tradisi membuat kain kulit kayu berkaitan banyak hal. Artinya, melestarikannya tidak hanya memuseumkan, tetapi tetap memproduksi dan mamastikan ketersediaan bahan.
Mina beranggapan pelestarian kain kulit kayu butuh kerja sama berbagai pihak. Salah satunya Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) untuk melindungi hutan.