REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Lingkungan Hidup, Kebencanaan dan ZIS Hajriyanto Y Thohari mengatakan Muhammadiyah adalah gerakan filantropi Islam terbesar. Saat ini Muhammadiyah ingin membangkitkan kembali semangat kedermawanan dan sikap welas asih melalui trisula baru Gerakan Muhammadiyah.
Trisula baru ini merupakan tiga bidang unggulan untuk gerakan excellence. Pertama, memantapkan kepeloporan Muhammadiyah dalam penanganan dan penanggulangan bencana melalui Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). Kedua, dakwah pemberdayaan masyarakat melalui tani, buruh, dan nelayan. Ketiga, mengembangkan LazismU sebagai sumber pendanaan gerakan sosial dan kemanusiaan Muhammadiyah.
Trisula baru Gerakan Muhammadiyah ini menjadi penanda utama gerakan Muhammadiyah pada abad kedua. Jika pada abad pertama gerakan Muhammadiyah penekanannya pada bidang pendidikan, kesehatan dan sosial, maka menginjak usia abad kedua penekanan gerakan Muhammadiyah pada tiga gerakan trisula baru tersebut.
Gerakan pertama melalui MDMS saat ini telah berkembang pesat. Bukan hanya diakui di tingkat nasional, tetapi juga hingga tingkat dunia. MDMC, menurut Hajriyanto, mempelopori Humanitarian Forum Internasional yang berpusat di London dan mendirikan Humanitarian Forum Indonesia bersama-sama dengan badan-badan penolong bencana alam yang berbasis organisasi keagamaan, seperti Karina (KWI), Yakkum, dan lainnya.
MDMC juga bekerja sama dengan DEFAT (Department of Foreign Affair and Trade) Australian Government melakukan pelatihan HPCRED di seluruh Indonesia sejak tiga tahun lalu hingga saat ini masih terus berlangsung. HPCRED (Hospital Preparadness and Community Readiness emergency and Disaster atau Kesiapsiagaan rumah sakit dan kesiapan masyarakat untuk kedaruratan dan bencana) telah dilakukan selama tiga kali. Kerja sama ini bertujuan untuk melakukan pelatihan agar RS Muhammadiyah menjadi rumah sakit siaga bencana.
Pada akhir periode ini, kata Hajriyanto, Muhammadiyah menargetkan akan memiliki Satgas Penanggulangan Bencana di seluruh Indonesia yang berbasis di Rumas Sakit PKU Muhammadiyah, sekolah dan universitas Muhammadiyah, serta basis daerah Muhammadiyah. "MDMC dengan demikian telah menjadi pewaris dan pelanjut gerakan PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) yang didirikan oleh Ahmad Dahlan pada tahun 1920. MDMC dan LazisMU boleh dikatakan sebagai gerakan Muhammadiyah yang paling otentik saat ini,"jelas dia.
Menurut Hajriyanto, MDMC dan Lazismu bukan hanya otentik Muhammadiyah, melainkan juga original Muhammadiyah. Watak Muhammadiyah yang bersemangat kedermawanan (filantropi) dan welas asih kini termanifestasi atau terejawantah dalam gerakan MDMC dan Lazismu.
Program sosial lain adalah dalam rangka mudik tahun 2017 yang lalu Lazismu membuka posko-posko mudik di seluruh jalur mudik. Pada Idul Kurban 2017 ini, sebagaimana tahun-tahun lalu, Lazismu menghimpun hewan kurban dan menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkannya. Lazismu bekerja sama dengan banyak pihak untuk menghimpun hewan kurban.
Hingga saat ini MDMC didanai oleh LazisMu. Menurut laporan resmi BAZNAS, sejak tahun 2016, Lazismu telah menjadi lembaga amil zakat terbesar di Indonesia. Artinya, dengan membayar zakat, infak atau sedekah kepada Lazismu berarti telah membantu penanganan bencana alam yang terjadi di negeri ini, bahkan juga di negara lain.
Pemberdayaan masyarakat
Program sosial Muhammadiyah yang merubah wajah Muhammadiyah lainnya adalah pemberdayaan masyarakat. Melalui program pemberdayaan masyarakat, Muhammadiyah berupaya sekuat tenaga masuk mengatasi persoalan fundamental masyarakat dengan melakukan penguatan diberbagai level yakni, mikro (individu dan komunitas), meso (masyarakat) dan makro (politik, kebijakan).
Program masyarakat ini dibungkus dengan jihad pemberdayaan yang terdiri dari: pertama, jihad menegakan kedaulatan pangan melalui pertanian terpadu yang sudah masuk di 90 Kabupaten di Jawa dan luar Jawa. Kedua, jihad pemberdayaan penyandang disabilitas, yang sukses melakukan pengorganisasian, penguatan kapasitas dan advokasi perda ramah disabilitas di berbagai daerah.
Ketiga, jihad pemberdayaan buruh migran, di Malaysia dan Taiwan. Keempat, jihad pemberdayaan kelompok marginal, miskin kota. Kelima, jihad pemberdayaan masyarakat tertinggal (kawasan 3T), yakni kepada suku asli di Papua, Suku Dayak di pedalaman Kalimantan Timur, suku asli Nusa Tenggara Timur (NTT) di Flores dan kawasan perbatasan di Sebatik.
Program ekonomi produktif di wilayah 3T dilakukan oleh Lazismu bersama Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah dalam kerangka Trisula Baru Gerakan Muhamma-diyah. Program yang dilakukan, di antaranya Program Singkong Kingkong. Program ini merupakan gerakan kembali bertani dan tanam singkong kingkong.
Program lainnya adalah Klinik Apung di Indonesia Timur. Klinik apung pertama yang diluncurkan Lazismu adalah Klinik Apung Said Tuhulele di Ambon, disusul dengan enam Kapal Klinik Apung lainnya pada tahun ini. Kapal Klinik Apung dengan harga sekitar Rp 3,5 miliar tersebut telah beroperasi di Ambon dan sekitarnya sejak awal 2017.
Di bidang Lingkungan hidup, Muhammadiyah memiliki Majelis Lingkungan Hidup (MLH). Beberapa tahun terakhir MLH Muhammadiyah menginisiasi gerakan peduli lingkungan dan air.
Tahun ini MLH gencar melakukan upaya edukasi isu pengelolaan dan konservasi sumber daya air dan juga pelestarian kawasan sungai. Kondisi sebagian besar sungai di Indonesia yang mengalami kerusakan mendapat perhatian khusus dari MLH. Salah satu bentuk perhatian khusus dalam menjaga kelestarian lingkungan sungai adalah dibukanya Sekolah Sungai Muhammadiyah di kawasan Kali Code, Yogyakarta.
MLH Muhammadiyah juga memiliki program sedekah sampah. Program ini sudah berjalan sejak 2011 di beberapa wilayah, di antaranya Kalimantan, Bandung, dan Yogyakarta.