REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Debit air bersih perusahaan daerah air minum (PDAM) Kota Sukabumi mengalami penurunan sekitar 40 persen dibandingkan kondisi normal. Peristiwa ini terjadi akibat pengaruh musim kemarau yang menyebabkan kekeringan dan berdampak pada debit air bersih.
Data PDAM Tirta Bumi Wibawa (TBW) Kota Sukabumi menyebutkan, ada tiga sumber mata air yang dimiliki perusahaan tersebut. Pertama, sumber air Batu Karut di Selaawi, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi yang pada kondisi normal debitnya mencapai sekitar 140 liter per detik. Kedua sumber air Cigadog, Selabintana, Kabupaten Sukabumi yang dalam keadaan normal mencapai 50 liter per detik. Terakhir sumber mata air Cinumpang debit air normalnya 250 liter per detik.
"Debit air bersih secara keseluruhan bila dirata-ratakan mengalami penurunan sekitar 40 persen," ujar Direktur Utama PDAM TBW Kota Sukabumi, Anton Rachman Suryana kepada Republika Jumat (25/8). Kondisi ini terang dia terjadi karena faktor kekeringan yang terjadi pada pertengahan hingga akhir Agustus 2017.
Turunnya debit air bersih ini kata Anton mulai berdampak pada distribusi air bersih kepada para pelanggan PDAM. Jumlah sambungan atau pelanggan PDAM mencapai 21.300 pelanggan.
Untuk mengatasi penurunan debit ungkap Anton, PDAM menerapkan sistem penggiliran pasokan air kepada sebagian pelanggan. Sistem penggiliran air ini mulai diterapkan di sejumlah titik misalnya di Lembursitu, Baros, Jalan Pelabuhan Dua, dan Cipanengah.
Di mana ungkap Anton, waktu pendistribusian air yang biasanya selama 18 jam per hari dikurangi menjadi 14 jam per hari. Hal ini ungkap dia dilakukan agar semua pelanggan tetap mendapatkan pasokan air bersih meskipun dilakukan secara bergiliran.
Di sisi lain, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi telah melakukan pemetaan kawasan rawan bencana kekeringan. '' Tujuh kecamatan termasuk dalam data wilayah yang berpotensi terkena dampak bencana kekeringan di Kota Sukabumi,'' ujar Kepala Unsur Pelaksana BPBD Kota Sukabumi Asep Suhendrawan. Ketujuh kecamatan itu yakni Cikole, Citamiang, Gunung Puyuh, Baros, Lembursitu, Warudoyong, dan Cibeureum.
Menurut Asep, di Kecamatan Cikole kawasan yang rawan kekeringan dan terjadi kesulitan air bersih terdapat di Kelurahan Cisarua. Hal itu terutama di empat rukun warga (RW) yakni 16, 08, 18, dan 10.
Sementara itu, di Kecamatan Gunung Puyuh berpotensi di tiga kelurahan yakni Gunung Puyuh, Karamat, dan Karangtengah. Di Kecamatan Citamiang berada di tiga kelurahan yaitu Gedong Panjang, Cikondang, dan Nangeleng
Asep mengatakan, di Kecamatan Baros berada di Kelurahan Baros, Jaya Mekar, dan Sudajaya Hilir. Di Kecamatan Lembursitu terdapat di Kelurahan Cipanengah, Sidang Sari, dan Cikundul. Sedangkan di Kecamatan Cibeureum berada di Kelurahan Cibeureum Hilir, Sindang Palay, dan Babakan. Terakhir, Kelurahan Sukakarya di Kecamatan Warudoyong.