Sabtu 26 Aug 2017 03:03 WIB

Kemenpar Akui Lemah dalam Pendataan Wisatawan Mancanegara

Red: Nur Aini
 Wisatawan mancanegara beraktifitas di salah satu hotel berbintang di kawasan Nusa Dua,Bali, Jumat (25/8).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Wisatawan mancanegara beraktifitas di salah satu hotel berbintang di kawasan Nusa Dua,Bali, Jumat (25/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kementerian Pariwisata mengakui masih lemah dalam hal pendataan kunjungan wisatawan mancanegara ke berbagai wilayah di Indonesia, sehingga belum memiliki data pasti ke mana mereka pergi.

"Jadi ini kelemahan kita. Kita belum punya pergerakan wisatawan ke dalam negeri. Setelah mereka mendarat di Cengkareng dan di stempel imigrasi, kita tidak tahu ke mana mereka pergi," ujar Deputi Pemasaran Wisatawan Mancanegara Kemenpar, I Gede Pitana di Bandung, Jumat (25/8).

Ia menyontohkan kedatangan Wisman ke Kota Bandung hanya tercatat melalui Bandara Husein Sastranegara. Padahal, banyak diantara mereka datang melalui Bandara Cengkareng, Jakarta. Hal ini menurutnya, dikeluhkan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Bandung yang tidak memiliki angka pasti kedatangan Wisman ke Kota Bandung dan sekitarnya. "Kami menghitung angka yang masuk di Husein Sastranegara. Sehingga lebih kecil dengan angka yang dihitung. Mungkin saja yang nginep di Bandung mereka yang turun di Cengkareng," kata dia.

Untuk itu, ia meminta agar seluruh kepala daerah yang menjadi tujuan wisata dapat bekerja sama dengan otoritas terkait di wilayahnya seperti keimigrasian. Dengan begitu, jumlah pasti wisatawan yang datang ke suatu daerah, dapat diketahui.

Saat disinggung mengenai okupansi hotel, ia menyebut mayoritas Wisman menghabiskan waktu di Indonesia selama delapan hari. Hal itu, diketahui berdasarkan perhitungan awal masuk hingga kembali pulang.

"Wisatawan itu bukan nginep di satu hotel. Yang dari Jakarta tiga hari, lanjut ke Bandung tiga hari, setelah dari Bandung ke Surabaya dan seterusnya," kata dia.

Sementara untuk biaya yang dihabiskan saat berlibur di Indonesia, kata dia, rata-rata Wisman menghabiskan uang hingga 1.200 dolar AS, lebih tinggi dibanding di Singapura dan Malaysia.

"Di Malaysia sekitar 700-an dolar AS, di Singapura 800-900 dolar AS. Itu data 2016," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement