REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Sastrawan nasional Hamsad Rangkuti (74 tahun) mengalami sakit keras. Sosok yang pernah memimpin Majalah Sastra Horison itu kini terbaring lemah, tidak sadarkan diri, di atas ranjang kamar 2 Elang RSUD Kota Depok, Jawa Barat. Republika.co.id mendapatkan kabar itu dari istrinya, Nurwinda Sari, Ahad (27/8) siang.
Melalui sambungan telepon dan komunikasi WhatsApp, perempuan berusia 62 tahun itu menjelaskan kondisi terkini suaminya. Sebelumnya, Republika.co.id telah menyambangi kediaman Hamsad Rangkuti yang sederhana di Jalan Swadaya VIII RT 3 RW 3, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat.
Dari beberapa foto yang ia kirim, tampak suaminya tergolek lemah. Pada mulut dan hidungnya masih terpasang alat bantu pernafasan. Di samping ranjang Hamsad Rangkuti, terdapat alat yang terus memonitor kondisi jantung peraih Southeast Asia (SEA) Write Award tahun 2008 itu.
Nurwinda menuturkan, kondisi fisik suaminya mulai menurun drastis sejak 2010 lalu. Tepatnya, lanjut dia, setelah pihak Pemerintah Kota Depok menyerobot tanah milik Hamsad Rangkuti di Jalan Bangau 6 RT 2 RW 8, Kelurahan Depok Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, untuk dijadikan tempat pembuangan sampah sementara (TPSS).
Sebelum pindah ke rumah di Jalan Swadaya VIII, keluarga Hamsad Rangkuti telah cukup lama menghuni rumah yang berlokasi hanya sekitar lima meter dari TPPS atau tanahnya yang diserobot itu. Bau busuk tumpukan sampah benar-benar mengganggu keluarga Hamsad Rangkuti. Bibit penyakit pun dapat mudah berpindah dan berkembang biak di sekitar TPSS itu.
Seluruh keluarga Hamsad Rangkuti mengalami gangguan pernafasan. Namun, sang kepala keluarga mengalami dampak yang paling melemahkan. Tidak lama sejak berdirinya TPPS itu, Hamsad Rangkuti mengalami muntah-berak darah.
Kondisi fisik pria kelahiran Medan, Sumatra Utara, itu lantas anjlok bahkan harus tergolek tak berdaya di atas kursi roda. Dia tak mampu lagi menulis. Kondisi semakin memburuk pada 2012.
Nurwinda menjelaskan, saat itu Hamsad Rangkuti mengalami gangguan pada jantungnya sehingga mesti menjalani operasi by pass jantung. Sejak saat itu, Hamsad tidak mampu banyak bergerak. Dia menghabiskan waktu hanya di atas tempat tidur.
"Sampai-sampai, perutnya dibor karena tak bisa buang air kecil lagi (secara normal), kemudian prostat. Lalu, sampai pasang ring di kelaminnya. Ya akhirnya seperti sekarang ini. Sudah 15 bulan ini bapak seperti menjadi bayi. Tak bisa bicara. Tak bisa makan normal. Apa-apa sudah tak bisa. Dua hari ini, (kondisi Hamsad Rangkuti) sudah menurun lagi," kata Nurwinda Sari saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (27/8).
Istri Hamsad Rangkuti mengaku senang dengan inisiatif Wali Kota Depok yang membawa suaminya itu untuk menjalani perawatan di RSUD Kota Depok. Menurut keterangan dari pihak Pemkot Depok, kata Nurwinda, seluruh biaya perawatan suaminya di rumah sakit itu menjadi tanggungan Pemkot Depok.
Namun, dia ingin agar hak Hamsad Rangkuti atas tanahnya yang disulap menjadi TPPS itu tetap terselesaikan. Sebab, persoalan itu selalu menjadi beban pikiran Hamsad Rangkuti dan keluarga yang merasa telah dizalimi.
"Semoga Wali Kota Depok memerhatikan Pak Hamsad yang tanahnya sudah dipakai secara sepihak oleh Pemkot untuk bak sampah (TPPS). Tolonglah, itu bak sampahnya dirobohkan. Terus, kompensasinya bagaimana sampai Bapak bisa sakit begini. Sudah bertahun-tahun seperti ini. Sampai-sampai, pemiliknya jatuh sakit parah begini," ujarnya.