REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Bank Indonesia memperkirakan laju inflasi pada 2018 bisa dibawah 3,5 persen dengan catatan pemerintah tidak melakukan penyesuaian harga untuk komoditas yang harganya diatur pemerintah atau "administered prices".
"Angka proyeksi BI sedikit dibawah 3,5 persen untuk 2018," kata Asisten Gubernur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo dalam pelatihan wartawan di Yogyakarta, Senin (28/8).
Dody menjelaskan ekspektasi tingkat inflasi yang rendah tersebut bisa terjadi apabila pemerintah tidak melakukan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif listrik maupun gas.
"Pemerintah telah menetapkan 2018 tidak ada kenaikan apa pun terkait BBM, listrik dan gas, artinya 2018 relatif cukup terkendali dari tekanan inflasi," katanya.
Selain itu, laju inflasi yang relatif terjaga dapat terwujud apabila pemerintah dan BI terus berkoordinasi untuk menahan inflasi dari bahan makanan (volatile food) pada 2018.
"Pemerintah dan BI terus berkoordinasi untuk menjaga inflasi pangan agar stabilitas kedepan berlanjut," kata Dody.
Sebelumnya, BI memperkirakan laju inflasi pada 2017 berada dalam kisaran empat persen plus minus satu persen dan 3,5 persen plus minus satu persen pada 2018.
Sementara itu, pemerintah dalam APBN-P 2017 menetapkan asumsi laju inflasi sebesar 4,3 persen, setelah inflasi pada enam bulan pertama 2017 terdampak oleh penyesuaian tarif listrik 900 VA nonsubsidi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi tahun kalender Januari-Juli 2017 telah mencapai 2,6 persen dan inflasi dari tahun ke tahun (yoy) sebesar 3,88 persen.