REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Pemanfaatan gas elpiji bersubsidi (3 kilogram) di tengah masyarakat disinyalir telah mengalami alih fungsi. Meski pasokan telah ditambah, di tingkat pengguna (rumah tangga) masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan gas elpiji 'tabung melon' ini.
Area Manager Communication and Relation Pertamina MOR IV Jawa Bagian Tengah, Andar Titi Lestari mengatakan, Pertamina MOR IV banyak mendapatkan pengaduan terkait kesulitan masyarakat untuk mendapatkan gas elpiji, di sejumlah daerah di Jawa Tengah dan DIY, dalam beberapa pekan terakhir. Padahal dari realisasi penyaluran komuditas bersubsidi di dua daerah ini sudah melampaui kuota yang telah ditentukan. Saat menyambut Ramadhan dan Idul Fitri 1438 Hijriah, Pertamina telah menyiapkan tambahan penyaluran elpiji 3 Kilogram hingga 11 persen.
“Setelah Lebaran berlalu, justru Pertamina mendapatkan keluhan dari masyarakat perihal sulitnya mendapatkan elpiji 3 kilogram di sejumlah daerah,” ungkapnya, di Semarang, Senin (28/8).
Terkait hal ini, kata Andar, Pertamina telah melakukan operasi pasar (OP) elpiji 3 kilogram di sejumlah wilayah. Terakhir OP ini dilaksanakan di wilayah Solo Raya dan Kabupaten Boyolali. Di Kabupaten Boyolali operasi pasar bahkan digelar di 11 titik. Tiap titik OP disiapkan masing- masing 2 loading order (LO) atau sebanyak 1.200 tabung. Sehingga total gas elpiji 3 kilogram yang disiapkan untuk mengatasi kelangkaan mencapai lebih dari 15 ribu tabung.
Namun dari OP ini tambahan pasokan elpiji 3 kilogram hanya terserap sekitar 30 persennya saja. “Yang menjadi pertanyaannya, ke mana elpiji 3 kilogram yang membuat daerah tersebut mengalami kelangkaan,” ujarnya.
Andar menambahkan, berdasarkan data secara keseluruhan rata- rata daerah yang ada di wilayah Jawa Tengah dan DIY mengalami peningkatan konsumsi elpiji bersubsi untuk rumah tangga tersebut. Sehingga sebelum awal bulan Agustus ini penyalurannya telah ditambah. Namun untuk menghadapi momentum Idul Adha kali ini Pertamina juga akan menambah kembali pasokan elpiji 3 kilogram ini.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari petugas Dinas Perindustrian dan Perdagangan, di Kabupaten Boyolali, salah satu peningkatan konsumsi elpiji 3 kilogram ini antara lain dipicu alih fungsi yang tidak sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 26/ 2009. Karena Peraturan Menteri ESDM ini mengamanatkan elpiji 3 kilogram yang disubsidi Pemerintah ini diperuntukkan bagi masyarakat tidak mampu, rumah tangga dan Usaha Kecil Mikro (UKM).
Tetapi di sejumlah daerah elpiji 3 kilogram ini indikasinya telah beralih fungsi untuk kebutuhan pertanian dan peternakan. “Jika ini yang terjadi, sebenarnya konsumsi elpiji 3 kilogram ini sudah salah sasaran,” ujarnya.
Di luar indikasi ini, kata Andar, memang ada sejumlah daerah yang mengalami peningkatan jumlah penduduk yang akhirnya juga mempengaruhi peningkatan konsumsi gas elpiji 3 kilogram di masyarakat. Hal itu termasuk peningkatan konsumsi karena menggeliatnya sektor UKM di beberapa daerah.
Dengan adanya indikasi alih fungsi ini elpiji 3 kilogram untuk pertanian dan peternakan, perlu ada edukasi perihal pemanfaatan gas elpiji bersubsidi yang tepat sasaran kepada masyarakat, sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 26/ 2009. “Sehingga ke depan rumah tangga yang ada di wilayah Jawa Tengah dan DIY tidak menghadapi persoalan kelangkaan gas elpiji bersubsidi untuk kebutuhannya,” kata Andar.