Selasa 29 Aug 2017 14:30 WIB

Kincir Angin Hama

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
 Noria atau kincir air adalah salah satu warisan peradaban Islam.
Foto: Wordpress.com
Noria atau kincir air adalah salah satu warisan peradaban Islam.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA --  Perbukitan di kiri Sungan Orontes yang juga lebih tinggi merupakan daerah pusat Kota Hama. Di sana terdapat Mas jid Agung, Haram, yang strukturnya berevolusi dari basilika. Masjid yang konon dibangun Nur Eddin Zangi itu dipersembahkan untuk Hakim Agung Ibnu Al-Asrun.

Jami Nuri yang dibangun di area kiri Sungai Orontes dibangun Nuruddin Zangi setelah Masjid Agung. Masjid ini memiliki mihrab kayu dengan tiang penopang dari marmer. Tiang marmer itu merupakan pemberian Malik Al- Muzaffar Takiyuddin dari Dinasti Mamluk.

George Sarton mengutip tulisan beberapa penjelajah yang memperhatikan kincir air Hama. Salah satunya Dimasqhi yang pada tahun 1.300 M menulis, sepanjang tepi Sungai Al-Asi, kincir air bisa ditemui di mana-mana. Air yang diangkat kincir air itu di pakai untuk mengairi taman dan ladang. Proses ini menghasilkan suara gemericik yang menenangkan.

Sepanjang Sungai Al-Asi, ada 32 kincir air. Kincir air tertinggi mencapai 22 meter dan meng alirkan air untuk kedua sisi sungai. Tidak diketahui sejak kapan kincir air mulai diguna kan di sana, tapi bentuknya serupa seperti yang ada di Antioch.

Pasukan Salib kemudian mem bawa teknologi ini ke Jerman dan masih digu na kan di sebuah lembah kecil di Frankonia. Sayangnya, pada abad 20, Hama kehilangan banyak bangunan bersejarah termasuk kincir air yang jumlahnya susut jadi sembilan saja.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement