Rabu 30 Aug 2017 11:32 WIB

KBRI Gelar Perayaan HUT Ke-72 di Eritrea, Ini Agendanya

Red: Karta Raharja Ucu
Duta Besar Indonesia untuk Sudan dan Eritrea, Burhanuddin Badruzzaman (memakai peci hitam) dalam perayaan HUT ke-72 RI di kota Asmara.
Foto: Dokumentasi KBRI
Duta Besar Indonesia untuk Sudan dan Eritrea, Burhanuddin Badruzzaman (memakai peci hitam) dalam perayaan HUT ke-72 RI di kota Asmara.

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Indonesia terus melakukan kampanye pencalonan sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020. Salah satu caranya dengan mempererat hubungan dengan negara-negara non-tradisional.

Upaya itu coba dilaksanakan Duta Besar Indonesia untuk Sudan dan Eritrea, Burhanuddin Badruzzaman dengan menggelar perayaan HUT ke-72 Indonesia di Gedung NCEW Club, Asmara, ibu kota Eritrea, 23-24 Agustus. Pada perayaan dalam bentuk resepsi diplomatik tersebut, hadir Menteri Luar Negeri Eritrea, Osman Saleh Mohammed sebagai tamu kehormatan serta lima menteri lainnya, yaitu Menteri Pertambangan, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Informasi, Menteri Kebudayaan, Menteri Tenaga Kerja. Hadir pula lebih dari 75 undangan lainnya yang terdiri dari para duta besar, konsul kehormatan, perwakilan kementerian serta pengusaha di Eritrea.

Kepada seluruh tamu undangan, Burhanuddin menjelaskan sejarah singkat perjuangan kemerdekaan RI, potensi ekonomi serta kampanye pencalonan Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020. “Perayaan resepsi diplomatik HUT ke-72 Kemerdekaan RI dengan para menteri dan komunitas diplomatik Asmara ini memang telah diprogramkan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden RI yang menginginkan pengembangan Diplomasi Indonesia di negara-negara non-tradisional, termasuk Negara Eritrea," kata Burhanuddin dalam keterangannya, Selasa (29/8).

Ia menyatakan, perayaan HUT RI di Asmara sengaja KBRI gelar tahun ini, mengingat 2017 menjadi tahun penentu masa kampanye Indonesia dalam pencalonan Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB 2019-2020 nanti. "Dengan prinsip one country-one vote, maka penggalangan dukungan dari satu negara seperti Eritrea akan menjadi sangat penting,” ucap dia.