REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Wakil Perdana Menteri Jepang Taro Aso pada Rabu (30/8) mencabut pidatonya kepada anggota parlemen dari partainya, yang berisi tentang alasan Adolf Hitler melakukan pemusnahan selama Perang Dunia II.
Pidato pada Selasa oleh Aso itu, yang juga menjabat menteri keuangan, mendapat kritik dari kelompok Yahudi dari Amerika Serikat. Kejadian tersebut mengikuti permintaan maaf pada bulan Juni oleh bank sentral Jepang atas tindakan anggota dewannya, yang memuji kebijakan ekonomi Hitler.
"Jelas dari keseluruhan ucapan bahwa saya menganggap Hitler dalam hal sangat buruk dan jelas bahwa alasannya juga salah," kata Aso dalam pernyataan.
Aso mengatakan bahwa ia ingin menekankan pentingnya memberikan hasil, namun tidak membela Hitler. "Memang tidak pantas saya mengutip Hitler sebagai contoh dan saya ingin menariknya kembali," katanya menambahkan.
Aso kerap melakukan kesalahan, pada tahun 2013 ia juga mencabut komentarnya tentang Hitler yang naik ke tampuk kekuasaan yang kemudian ditafsirkan sebagai pujian terhadap rezim Nazi.
Dengan mengacu pada upaya Jepang mengubah undang-undang dasar, ia mengatakan bahwa konstitusi Weimar Jerman berubah sebelum semua orang menyadarinya, dan Aso pun bertanya, "Mengapa kita tidak belajar dari cara itu?"
Pada hari Selasa, kantor berita Kyodo mengutip Aso mengatakan, "Saya tidak mempertanyakan motif anda (untuk menjadi politisi). Tapi hasilnya yang terpenting. Hitler, yang membunuh jutaan orang, tidak baik, meski pun jika motifnya hal yang benar. "
Pusat Perburuan Nazi Simon Wiesenthal mengungkapkan kekecewaannya atas komentar Aso. "Itu hanya daftar terbaru dari 'salah komentar' dan benar-benar berbahaya," kata kepala pusat tersebut rabi Abraham Cooper dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa.
"Kalimat itu merusak nama baik Jepang pada saat semua orang Amerika Serikat ingin menunjukkan kesetiakawanan kepada Jepang, yang menjadi saudari demokrasi dan sekutu kita, seusai peluncuran peluru kendali Korea Utara," katanya menambahkan.
Kesalahan Aso terjadi setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengajukan kritik tajam atas komentar yang menyalahkan "banyak pihak" atas kekerasan bulan ini di Charlottesville, Virginia.
Pada Juni, anggota dewan "Bank of Japan" Yutaka Harada mengatakan dalam seminar bahwa kebijakan ekonomi Hitler "sesuai" dan "mengesankan", namun memungkinkan diktator Nazi melakukan hal mengerikan.