REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Grup Lion Air akan menjadikan Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia sebagai hub penerbangan internasional karena posisinya.
Direktur Utama Grup Lion Air Edward Sirait menilai secara letak geografis, Kuala Lumpur merupakan tempat yang tepat untuk dijadikan hub internasional karena berada di tengah-tengah jalur penerbangan yang dilintasi oleh maskapai-maskapai Grup Lion Air.
"Kalau di Australia itu terlalu ke selatan, letaknya kurang tepat, combined market (gabungan sasaran pasar)-nya ke mana, untuk Soekarno-Hatta kita bisa apa, sudah padat begitu," katanya di Jakarta, Rabu (30/8).
Selain itu, menurut Edward, Kuala Lumpur memiliki kapasitas yang jauh lebih besar dari Bandara Changi, Singapura. "Kapasitas terbuka, Singapura sudah padat, selain itu Kuala Lumpur sendiri masih bisa menampung," katanya.
Dia menambahkan Bandara Internasional Kuala Lumpur masih bisa dikembangkan ke depannya karena masih ada potensi lahan yang luas. "Sekarang pergerakan pesawatnya 100 pesawat per jam dan empat runway (landas pacu), itu masih bisa dibangun, artinya mereka punya visi jadi bandara besar, Singapura punya keterbatasan lahan, akan stuck suatu saat," katanya.
Edward menyebutkan saat ini pergerakan pesawat Grup Lion Air di Bandara Internasional Kuala Lumpur, yaitu sekitar 240 per hari, di mana Malindo Air 200 pergerakan dan Lion Air serta Batik Air 40 pergerakan.
Sementara itu, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Dato Sri Zahrain Muhammad Hashim menyambut baik rencana Grup Lion Air tersebut. "Rencana ini merupakan perencanaan bisnis yang baik dari Pak Rusdi Kirana (Duta Besar Indonesia untuk Malaysia) untuk antarkedua negara, saya kagum dengan ide-ide beliau," katanya.
Dato Sri Zahrain berharap ke depannya akan terus berlanjut kerja sama antara Indonesia dan Malaysia, terutama dalam bidang penerbangan. "Kita mau berkongsi bersama, memahami pikiran-pikiran agar tujuan keduanya tercapai," katanya.