Rabu 30 Aug 2017 15:13 WIB

Satelit Telkom 1 yang Layani Jaringan ATM akan Dimatikan

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nur Aini
Ilustrasi satelit
Foto: AP
Ilustrasi satelit

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah melakukan investigasi secara intensif bersama Lockheed Martin selaku pabrikan satelit Telkom 1, Telkom menyatakan satelit tersebut tidak bisa dioperasikan lagi. Berdasarkan analisis, satelit tidak berfungsi normal sehingga direkomendasikan agar dilakukan proses pematian. 

"Hal itu dilakukan untuk menghindari referensi dengan satelit lain," ujar Direktur Utama Telkom Alex J Sinaga kepada wartawan, di Jakarta, Rabu (30/8). Ia menambahkan, para pelanggan satelit Telkom 1 pun kini dalam proses migrasi ke Telkom 2, Telkom 3S, serta dua satelit asing Apstar dan Chinasat.

Sebelumnya, satelit Telkom 1 mengalami gangguan yang mengakibatkan ribuan ATM perbankan offline. Alex menyebutkan, ada 63 pelanggan pada satelit Telkom 1 dengan alokasi 29,26 transponder equivalent (TPE) serta site yang digunakan sebanyak 15 ribu lebih. Sebanyak 12.030 data merupakan jaringan untuk anjungan tunai mandiri (ATM). 

"Kini prioritas kami ada recovery layanan, sampai pagi ini sudah 2.591 ATM yang ter-recovery jadi sudah hidup. Setiap hari kami juga harus lapor kepada Bank Indonesia jumlah ATM yang sudah hidup," kata Alex. 

Meski begitu, ia menyatakan, sampai saat ini belum dapat menentukan total kerugiannya sebab masih dalam proses penghitungan. "Penyebab kerusakan pun sekarang masih didalami oleh tim ahli jadi baru nanti diambil kesimpulannya. Kita tunggu saja," ujarnya.

Sebagai informasi, satelit Telkom 1 diluncurkan pada 13 Agustus 1999 dan memiliki usia desain 15 tahun. Hanya saja berdasarkan assesment kerja sama dengan Lockheed Martin pada 2014 dan 2016, Satelit tersebut dinyatakan dalam kondisi baik dan bisa beroperasi normal dengan kecukupan bahan bakar hingga beberapa tahun ke depan, sekurang-kurangnya sampai 2019.

sumber : Center
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement