Rabu 30 Aug 2017 15:04 WIB

Curahan Hati Warga Tegal Pascawali Kotanya Ditangkap KPK

Wali Kota Tegal, Siti Mashita Soeparno
Foto: Youtube
Wali Kota Tegal, Siti Mashita Soeparno

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berita terjaringnya Wali Kota Tegal, Jawa Tengah, Siti Masitha dalam operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), pada Selasa (29/8) tentu menjadi berita yang tidak diharapkan masyarakat Tegal di rantau. Dugaan sementara penangkapan orang nomor satu di Kota Tegal itu terkait pembangunan ruang ICU Rumah Sakit Kardinah.

Ahmad Tarkalil, Ketua Ikatan Masyarakat Tegal Brebes (IMTB) di Jakarta menyatakan keprihatinan yang mendalam untuk kasus OTT ini. Baginya, berita malam yang ia lihat di salah satu media televisi pada pukul 21.00 itu mengubah suasana teduh Ibu Kota setelah dari sore diguyur hujan menjadi malam paling kelam dalam sejarah Kota Tegal. Kekelaman yang dirasakan tentu masuk akal, karena ini adalah kali kedua orang yang menjadi Wali Kota di Tegal berurusan dengan KPK.

"Wali Kota sebelumnya terjerat kasus korupsi, kini hal serupa harus dialami oleh penggantinya, tentu ini pukulan berat bagi masyarakat Tegal, juga yang diperantauan," kata Tarkalil dalam keterangannya, Rabu (30/8).

Tarkalil menambahkan, "Kasus seperti ini akan berdampak pada psikologis kami, ketika kami sebagai wadah berkumpulnya masyarakat Tegal di rantau sedang berjuang dan mengadvokasi keberadaan pedagang Warteg di Jakarta, justru kami malah disodori pemberitaan korupsi yang bertubi-tubi."

Pernyataan senada disampaikan Media Arief Rizqie, Wakil Ketua Pengurus Nasional Majelis Sinergi Kalam Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (Masika ICMI), dan Ketua Dewan Penasihat IMTB ini juga menyoroti pemberitaan OTT ini dengan penuh kegelisahan. “Ketika agenda anak-anak Tegal di rantau sedang membangun citra positif kotanya, lalu diusik oleh pemberitaan negatif seperti itu, tentu kami sedih. Ini kali kedua, maka kalau dalam peribahasa sudah layak kita dipersamakan dengan keledai”, ujarnya.

Rizqie mengajak masyarakat Kota Tegal bermuhasabah. Kenapa kita kerap mengulang hal yang sama? pertanyaan ini menjadi renungan bersama mumpung kita berada waktu yang tepat, menjelang perayaan Idul Adha, di mana kita harus sama-sama mengurbankan egoisme kita dan ketamakan kita. Hal ini juga penting mengingat sebentar lagi akan dihelat Pilkada Kota Tegal 2018. Apakah kita akan memilih pemimpin dengan watak dan agenda koruptif sehingga kita akan menyaksikan bersama pemberitaan ini dengan tokoh dan yang waktu yang berbeda atau kita akan menyatakan cukup atas kealpaan kita dalam memilih pemimpin.

“Kota Tegal memiliki dua masalah besar saat ini, leader dan kéder (bingung-red). Ketiadaan pemimpin dan kebingungan dalam memformulasikan arah pembangunan Kota,” katanya.

“Soal pemimpin ini menyangkut pola dan cara rekruitmen pemimpin, selagi uang masih menjadi penguasa, dan masyarakat masih mau disuap dan dibeli suaranya maka jangan harap akan muncul pemimpin yang jujur dan berkualitas. Sedangkan kalau soal kebingungan menentukan arah pembangunan kota, selain persoalan kualitas pemimpin, yang paling penting adalah dukungan masyarakat dan tokoh-tokohnya, mau seperti apa wajah kota tegal dalam 10 atau 20 tahun mendatang, lanskap kota berubah, apalagi sekarang membentang jalan tol melewati kota,” tambahnya.

Ia juga mengingatkan perubahan di Indonesia genderangnya telah ditabuh justru dari kota dan kabupaten. "Saat ini banyak kota dan kabupaten yang berbenah, menjadi maju, transparan dan mendahulukan kepentingan publiknya, apakah Kota Tegal akan seperti itu? Semoga," ucap dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement