REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Penghargaan bergengsi bagi penemuan ilmiah di Australia Eureka Awards 2017, dimenangkan oleh penemuan seperti laser dari berlian hingga material pembunuh bakteri yang terinspirasi sayap serangga.
Dari total 45 finalis, hanya 15 penemuan yang terseleksi dan dinobatkan sebagai pemenang penghargaan Australian Museum Eureka Prize.
Masing-masing pemenang berbagi hadiah uang sebesar $AUS 150.000 atau setara Rp1,5 miliar yang diumumkan di Sydney Town Hall pada Rabu (30/8) malam.
Penghargaan untuk kategori Penggunaan Teknologi Inovatif diraih oleh penelitian di University of Melbourne yang menemukan cara memproduksi oksigen kelas medis secara murah tanpa menggunakan listrik. Penemuan ini memudahkan untuk menyelamatkan nyawa bayi baru lahir yang menderita asfiksia lahir atau infeksi paru-paru.
Sementara itu, Associate Professor Richard Mildren dari Macquarie University meraih penghargaan untuk kategori Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pertahanan. Karyanya memanfaatkan berlian untuk memperluas jangkauan dan kekuatan sinar laser, yang suatu hari nanti dapat membantu menjatuhkan drone dan rudal.
Para ilmuwan pemula dengan yang paling muda tercatat masih duduk di kelas 4 Sekolah dasar juga turut menerima penghargaan ini dalam beberapa kategori. Misalnya seorang siswa asal Sydney, Caitlyn Walker dan Amelia Lai memenangkan Eureka Prize untuk film pendek yang menjelaskan bagaimana penguin di Antartika tetap hangat.
Direktur Museum Australia Kim McKay AO mengatakan bahwa penghargaan ini mewakili sains terbaik di Australia.
"Pemenang penghargaan Australian Museum Eureka Prize berhasil membantu mengatasi beberapa tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia dan planet ini," katanya.
Berikut beberapa pendatang utama yang meraih penghargaan Eureka Prize 2017:
Sensor pintar untuk paparan sinar matahari
Profesor Justin Gooding, Dr Parisa Khiabani dan Dr Alexander Soeriyadi dari University of NSW berhasil menciptakan sensor sederhana untuk mengingatkan orang kalau mereka perlu segera berteduh atau perlu menambahkan lotion tabir surya yang lebih banyak.
Sensor pintar ini harganya murah dan bisa dicetak dari printer inkjet biasa dengan menggunakan tinta khusus. Tintanya terbuat dari pewarna makanan dan titanium dioksida - bahan aktif di banyak tabir surya.
Seperti kue poo yang dipanggang di bawah sinar matahari Australia, sensornya akan menjadi putih saat sudah hangus terbakar matahari.
"Hal ini terjadi karena saat sinar UV menyentuh selembar kertas, tintanya akan kehilangan warnanya," kata Profesor Gooding.
Variasi penggunaan stiker tempel ini dapat juga dibuat dengan mempertimbangkan fungsi yang mempertimbangkan tingkat kegelapan warna kulit dan apakah anda telah mengenakan memakai tabir surya.
Profesor Gooding mengatakan bahwa dia berharap sensor tersebut akan berhasil dipasarkan secara komersil di toko-toko tahun depan atau dua tahun mendatang.
Tiru capung atasi resistensi antibiotik
Biasanya ketika Anda berpikir untuk membunuh bakteri, anda akan berpikir untuk menyerang mereka dengan bahan kimia.
Namun periset di Swinburne University of Technology telah mendapati kalau permukaan sayap pada serangga capung dan cicada secara fisik dapat mensterilkan sendiri bakteri, tanpa memerlukan bahan kimia.
Mereka mampu melakukan itu dengan paku-paku kecil yang disebut nanopillars yang menangkap, meregangkan dan menghancurkan bakteri.
Ilmuwan berharap generasi baru dari bahan nanotextured berbasis sayap capung ini dapat memberikan permukaan antibakteri untuk implan medis yang secara fisik akan menghentikan dan membunuh bakteri.
Sementara itu peneliti dari University of Swinburne, Profesor Elena Ivanova mengatakan permukaan baru ini memiliki potensi menarik dalam memerangi bakteri resisten antibiotik.
"Karena ini adalah proses mekanis, kecil kemungkinan bakteri tersebut bisa mengembangkan ketahanan terhadap bahan ini," katanya.
Proyek ini sangat mengesankan para hakim, dan berhasil ditetapkan sebagai peraih kategori Eureka Prize untuk Riset Ilmiah.
Transplantasi rumput laut
Polusi, termasuk limbah yang dipompakan ke laut di lepas pantai termasuk Bondi Beach, diperkirakan telah membunuh hamparan hutan rumput laut bawah laut seluas 70 kilometer.
Tumbuhan crayweed yang menjadi rumah bagi lobster dan abalone, hilang dan bahkan upaya untuk meningkatkan kualitas air pada tahun 1990an tidak dapat mengembalikan apa yang hilang.
Jadi para ilmuwan di Sydney Institute of Marine Science di UNSW memutuskan untuk melakukan transplantasi skala besar dari hutan bawah laut.
Operasi transplantasi rumput laut Crayweed inidimulai lebih dari lima tahun yang lalu dan meminta bantuan ilmuwan dan relawan warga untuk ikut menanam kembali rumput laut di daerah yang terkena dampak dari Palm Beach ke Botany Bay.
Spesies rumput laut yang dikenal di Australia ini mulai ditanami kembali di dasar terumbu karang dengan menggunakan alas yang telah dirancang khusus, dan dalam beberapa bulan saja, generasi baru rumput laut ini berhasil tumbuh dan meremajakan garis pantai.
Pena penghilang arthritis
Kalangan dokter mungkin tidak akan terkenal lantaran tulisan mereka yang sulit dibaca, namun tulisan tangan mereka akan segera diuji coba dalam memperbaiki tulang yang rusak atau sakit selama operasi implan ortopedi.
Sebuah tim ilmuwan dari Wollongong yang bekerja dengan dokter di Melbourne telah berhasil membuat printer 3D yang mirip seperti pena yang bisa mengantarkan sel induk ke tempat yang mereka inginkan.
Para ahli bedah akan menggunakan Biopen dan tinta dari sel hidup ini serta faktor pertumbuhan untuk mengisi kembali tulang yang rusak selama operasi, memberi mereka kontrol dan ketepatan yang lebih besar.
Sel induk yang terbungkus oleh gel akan disuntikan dan sinar ultraviolet pada penanya akan mengeras tinta "hidrogel" tersebut.
Teknik ini sedang diuji pada domba di Rumah Sakit St Vincent di Melbourne, di mana sel induk dikirim langsung ke lutut domba tersebut untuk mendapatkan kembali tulang rawan yang rusak.
Sejauh ini pengujian menunjukkan hasil yang lebih baik daripada perawatan yang ada saat ini yang digunakan pada manusia.
"Meskipun kami telah menggunakan ini terutama untuk tulang rawan, kita sudah bisa melihat bagaimana ini dapat digunakan dalam berbagai situasi klinis lainnya," kata ahli bedah ortopedi Rumah Sakit St Vincent Profesor Peter Choong.
Mesin Dialisis mini terjangkau
Jika Anda menderita penyakit ginjal, Anda akan merasa bisa menghabiskan biaya lebih dari $ 50.000 setahun untuk menjalani cuci darah atau dialysis.
Hal ini menciptakan beban besar bagi banyak orang dan menahan jutaan orang di seluruh dunia yang tidak mampu untuk menjalani pengobatan yang dapat menyelamatkan nyawa mereka.
Tapi penemuan portabel baru bisa mengurangi biaya itu menjadi hanya $ 1.000.
Insinyur Inggris Vincent Garvey memenangkan kompetisi di seluruh dunia yang diselenggarakan oleh George Institute for Global Health Australia untuk menciptakan mesin dialisis yang terjangkau.
Temuan itu memanfaatkan energi matahari dan membuat miniatur teknologi yang ada agar sesuai dalam luas sebuah koper.
Sistem Dialisis Terjangkau ini menggunakan matahari untuk menyalakan penyuling kecil yang mampu memurnikan air untuk digunakan di mesin.
Ini adalah desain yang sempurna untuk digunakan di lokasi terpencil dimana sinar matahari berlimpah namun air yang disterilkan kurang tersedia.
"Kami diberi kesempatan untuk menyelamatkan jutaan nyawa. Ini menakjubkan, ini adalah pemikiran yang mengejutkan," kata Garvey.
Hal ini digembar-gemborkan oleh lembaga tersebut sebagai lompatan besar pertama dalam desain dialisis selama lebih dari 50 tahun.
Diterjemahkan pada 31 Agustus 2017 oleh Iffah Nur Arifah dari artikel Bahasa Inggris di sini.