REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Salah satu tokoh antivaksin terkenal di dunia, Kent Heckenlively, ditolak masuk ke Australia dengan alasan pandangannya yang "berbahaya".
Heckenlively berencana mengunjungi Australia akhir tahun ini sebagai bagian tur internasionalnya untuk menghentikan vaksinasi bagi anak-anak.
Menteri Imigrasi Peter Dutton mengambil keputusan menolak Heckenlively masuk ke negara ini dengan alasan pandangannya tidak diterima di Australia. "Orang-orang ini memberitahu anak-anak, memberitahu orangtua bahwa anak-anak mereka tidak seharusnya divaksin, merupakan orang-orang berbahaya," kata Menteri Dutton kepada stasiun radio 2GB di Sydney baru-baru ini.
"Kami sangat jelas dalam memeriksa kasus ini. Sangat jelas bagi saya bahwa bukanlah kepentingan nasional kita jiak dia datang kemari," katanya.
Juru bicara oposisi urusan kesehatan Catherine King pekan lalu mendesak pemerintah untuk melarang Heckenlively, dengan menyebutnya sebagai "fanatik" berbahaya.
"Konfirmasi bahwa pemerintah akan menolak visa kedatangan bagi fanatik anti vaksin Kent Heckenlively sangat disambut baik," kata Catherina King.
"Misinformasi berbahaya yang disebarkan oleh pendukung anti vaksin seharusnya tidak pernah menerima nasehat yang terbukti secara ilmiah. Kita bertanggung jawab memastikan para orangtua menerima pesan yang benar," katanya.
Dua tokoh anti vaksin lainnya, Polly Tommey dan Suzanne Humphries, juga dikabarkan telah dilarang kembali ke Australia setelah mempertontonkan film kontroversial Vaxxed: From Cover-Up to Catastrophe.
Pemerintah Australia meluncurkan kampanye pendidikan imunisasi senilai $AUS 5,5 juta untuk melawan pandangan kelompok lobi anti vaksin melalui informasi berbasis fakta yang mudah diakses para orangtua.
Menteri Kesehatan Greg Hunt berulang kali mengeritik para penganjur anti vaksin, dengan menekankan bahwa vaksinasi jelas-jelas aman dan penting dalam melindungi anak-anak dari penyakit.
Secara nasional tingkat imunisasi di Australia mencapai 93 persen, namun bisa mencapai hanya 60 persen di sejumlah daerah.
Diterbitkan Kamis 31 Agustus 2017 dari artikel ABC Australia di sini.