REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam hadis-hadis tentang akhir zaman, persoalan Sungai Eufrat yang akan menyibakkan gunung emas terus menjadi berbincangan hangat. Hingga saat ini, belum ada bukti autentik tentang keberadaan gunung emas tersebut. Persoalan ini baru sebatas spekulasi dari para ilmuwan tentang keberadaannya.
Sebagai umat Islam, wajib hukumnya mengimani apa yang telah disabdakan Rasulullah SAW tentang adanya gunung emas tersebut. Sabda Beliau SAW, “Kiamat tidak akan terjadi sehingga Sungai Eufrat surut dan menyibakkan gunung emas. Di atasnya orang-orang berperang sehingga dari setiap seratus orang akan terbunuh sembilan puluh sembilan. Setiap orang dari mereka mengatakan, 'Mudah-mudahan akulah orang yang selamat itu'.” (HR Bukhari Muslim).
Hadis lain juga menyebutkan, “Hampir tiba masanya, Sungai Eufrat surut menyingkapkan pembendaharaan emas. Siapa yang menghadirinya, janganlah mengambilnya sedikitpun.” (HR Bukhari Muslim).
Kedua hadis sahih ini tak diragukan lagi kebenarannya. Persoalannya, tak seorang pun mengetahui secara pasti tentang letak gunung emas yang dimaksudkan. Hal ini masih ditutup Allah SWT karena ia merupakan tanda-tanda akhir zaman.
Terkait hal ini, Ibnu Hajar mengatakan, surutnya air Sungai Eufrat akan terjadi menjelang kemunculan al-Mahdi. Demikian pula disebutkan dalam kitab Al-Burhan fi `Alamat al-Mahdi Akhir az-Zaman. Jadi, ada waktu yang ditetapkan Allah SWT kapan Dia akan memperlihatkannya. Tak seorang pun akan mengetahuinya sampai benar-benar disibakkan oleh Allah SWT sendiri.
Di samping itu, beberapa spekulasi dari ilmuwan dan para ulama pun punya beragam penafsiran. Ada yang menafsirkan, gunung emas tersebut hanyalah kiasan. Misalkan, gunung emas bisa dikiaskan dengan minyak bumi karena keduanya mempunyai nilai manfaat yang sama. Hal ini disampaikan Abu Ubaidah dalam ta'liq-nya terhadap kitab An-Nihayah Fil Fitan (1:208) karya Ibnu Katsir.
Ada juga para ulama yang tetap berpegang pada keaslian nash, yaitu benar-benar gunung emas yang akan muncul. Ulama seperti Syekh Yusuf al-Wabil tidak sependapat jika gunung emas ditafsirkan dengan minyak bumi. Alasannya, minyak bumi tidaklah sama dengan emas. Dalam lafaz hadis disebutkan bahwa air sungai akan menyingkap gunung emas yang dilihat orang. Sedangkan, minyak bumi hanya bisa didapatkan dengan digali dari perut bumi dari dengan menggunakan peralatan.
Lalu, di manakah prediksi gunung emas yang dimaksudkan? Dalam bahasa Arab, “eufrat” atau “al-Furat” berarti air yang paling segar. Menurut Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas Al-Hadith Al-Nabawi, Eufrat adalah sungai yang mengalir dari timur laut Turki. Ia mengatakan, sungai sepanjang 2.375 kilometer ini membelah Pengunungan Toros, melewati Suriah di Kota Jarablus, melewati Irak di Kota al-Bukmal, dan bertemu Sungai Tigris di al-Qurnah yang bermuara di Teluk Arab.
Cendekiawan Muslim dan pakar sejarah Minangkabau, H Lingga Fachri Lc, juga populer dengan teorinya soal keberadaan gunung emas ini. Dalam kajian tafsirnya di Rumah Qur'an Al Azhar (RQA) Sumatra Barat beberapa waktu lalu, ia punya teori berbeda. Sungai Eufrat menurutnya tidak harus berada di negeri Timur Tengah. Ada sumber lain yang bisa diapsi dan dikaji, seperti dari Taurat (Old Testament). Taurat sendiri juga ada ada berbicara soal gunung emas.
Menurut Direktur RQA ini, dalam Taurat ada suatu tempat bernama Ophir, yaitu suatu pelabuhan antah barantah yang pernah disinggahi Nabi Sulaiman. Ophir sendiri berasal dari bahasa Hibru (Hebrew), yaitu bahasanya orang Yahudi. Lingga mengatakan, saat ini hanya ada satu nama tempat di dunia ini yang bernama Ophir, yaitu sebuah kampung di Kecamatan Suliki Gunung Emas, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat.
Posisi kampung ini berada di aliran sungai yang berasal dari gunung yang disebut warga setempat dengan Gunuang Ameh (Gunung Emas). Di Kecamatan Suliki Gunung Emas ini juga banyak ditemui situs megalitikum dari zaman purbakala. Menurut Lingga, bisa jadi gunung emas yang dimaksudkan ada di sana.
Ia menuturkan, zaman penjajahan Belanda, banyak bongkahan emas yang dibawa penjajah dari kecamatan tersebut. Tempat itu pernah menjadi tambang emas sebelum akhirnya ditutup. Saat ini, Kecamatan Suliki Gunuang Ameh menjadi tempat perburuan batu akik oleh warga setempat. Lingga mengatakan, bagaimanapun teori-teori yang berkembang, tentu saja hal ini masih sebatas teori. Misteri gunung emas yang disebutkan hadis Rasulullah SAW sendiri sampai sekarang belum bisa dijelaskan teknologi modern manapun. Wallahu'alam