REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Sebagian masyarakat Padang masih was-was untuk masuk ke dalam rumah setelah guncangan gempa 6,2 Skala Richter (SR) membangunkan warga yang sudah terlelap. Gempa pada Jumat (1/9) dini hari ini sempat membuat warga panik.
Meski berpusat 82 km timur laut Kepulauan Mentawai dan dinyatakan tak berpotensi tsunami, namun sebagian warga Padang memilih berjaga di luar rumah. Seperti masyarakat yang tinggal di Koto Marapak, Olo, Padang, Sumatra Barat. Karena jarak perkampungan yang hanya sekitar 50 meter dari bibir pantai, warga setempat memilih berjaga di depan rumah.
Salah seorang warga, Emmy (61 tahun), mengaku bahwa masyarakat setempat masih khawatir atas gempa susulan. "Kalau di sini begitu, jaga-jaga saja lah," katanya, Jumat (9/1) dini hari.
Karena gempa juga bertepatan dengan perayaan Idul Adha, maka sebagian warga merasa tak masalah untuk berjaga. Sesaat setelah gempa, sejumlah warga juga langsung berlarian menuju Pantai Padang untuk memastikan laut tidak surut. Masyarakat ingin memastikan bahwa tidak ada potensi tsunami.
Pengamatan Republika, beberapa warga terlihat berdiri di tepi pantai dengan senter menyala menyorot ke arah laut. "Air laut tidak surut. Tidak apa-apa," ujar Yusril (37 tahun) seorang warga yang ditemui di Pantai Padang.
Gempa kali ini sempat membuat warga panik. Sebagian masyarakat yang sudah tertidur lelap terpaksa lari keluar rumah untuk mengamankan diri. Guncangan gempa yang terasa memang cukup besar. Kaca jendela sempat berbunyi dan perabot jelas bergetar.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Minangkabau merilis, titik pusat gempa berada di 82 kilometer (km) dari Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Koordinat episentrum berada pada 1.30 LS dan 99.66 BT dengan kedalaman pusat gempa 10 km.
Kepala BMKG Sumatra Barat Rahmat Triyono menyebutkan bahwa gempa kali ini tidak berpotensi tsunami. "Gempa ini tidak berpotensi tsunami. Sudah diverifikasi oleh seismologist," ujar Rahmat, Jumat (1/9).