Jumat 01 Sep 2017 11:15 WIB

Tradisi Kurban Sudah Ada Sejak Raja Hindu Bali

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Hewan kurban.
Foto: Antara
Hewan kurban.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Tradisi kurban atau menyembelih hewan sapi, kambing, dan domba setiap Idul Adha di Pulau Dewata sudah ada sejak abad ke-16. Umat Hindu yang menganggap sapi sebagai salah satu hewan suci tetap mempersilakan Muslim melaksanakan ibadahnya sebagaimana diperintahkan Allah SWT.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, I Gusti Ngurah Sudiana menceritakan umat Muslim sudah berada di Bali sejak zaman Raja Waturenggong di Klungkung abad ke-16 (sekitar tahun 1550 M). Raja Waturenggong dari Gelgel dikenal sebagai raja Bali yang bijaksana. Kerajaan Bali mencapai puncak keemasan pada zaman beliau yang sangat memperhatikan kesejahteraan rakyat dan menegakkan hukum tanpa pandang bulu.

"Raja Klungkung sekitar abad ke-16 pernah menyumbangkan sapi kurban kepada umat Muslim di kampung kecil di sana," kata Sudiana kepada Republika.co.id, Jumat (1/9).

Orang-orang Islam pertama kali datang ke Gelgel sebagai pengiring dalem atau raja dari Majapahit. Kedatangan mereka sudah dimulai sejak masa pemerintahan Raja Gelgel I, yaitu Raja Ketut Ngelesir yang merupakan ayah dari Raja Waturenggong.

Mereka tinggal di sebelah timur pusat pemerintahan kerajaan, kemudian mendirikan sarana ibadah sederhana. Lama kelamaan jumlah mereka bertambah banyak, sehingga mendirikan perkampungan yang diberi nama Kampung Gelgel. Kampung Gelgel merupakan kampung Islam tertua di Pulau Bali. Di sana berdiri Masjid Nurul Huda yang merupakan masjid tertua sekaligus masjid pertama di Pulau Dewata.

Tradisi kurban di Kerajaan Klungkung, kata Sudiana diikuti Raja Pemecutan di Denpasar, serta Raja Buleleng pada abad ke-17. Raja Pemecutan memberikan sapi kurban kepada umat Muslim di Kepaon. Kampung Islam Kepaon masuk ke wilayah Desa Pemogan, Denpasar.

Pada abad ke-18, Raja Karangasem bahkan memberikan sumbangan hewan kurban secara besar-besaran kepada umat Muslim di sana. Sudiana menceritakan Raja Karangasem memberikan sapi, kambing kepada penduduk Muslim, bahkan membuatkan mereka kampung khusus yang jumlahnya mencapai 16 kampung, lengkap dengan masjid di dalamnya.

Sejarah bermula saat Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem bersama Laskar Karangasem berhasil mengalahkan dan menduduki Kerajaan Selaparang dan Pejanggi di Lombok pada 1692.

Raja Karangasem sejak saat itu membina hubungan baik dengan umat Muslim di Lombok. Sebagian dari mereka kemudian bermigrasi dari Lombok ke Karangasem. Salah satu keturunan  Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem yang menjadi raja di Lombok, yakni Anak Agung Anglurah Gede Ngurah Karangasem bahkan memperistri keturunan Datu Selaparang, Denda Fatimah.

"Tradisi kurban di Bali sejak zaman dahulu diikuti oleh pemimpin dan pejabat-pejabat di Bali hingga saat ini," kata Sudiana.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement