REPUBLIKA.CO.ID, HOUSTON--- Pada malam perayaan Idul Adha, masjid Houston menjadi rumah sementara bagi 15 pengungsi Harvey, baik Muslim dan non-Muslim. Gimnasium di Islamic Center ini dipenuhi tikar dan selimut, pakaian dan kotak makanan.
Meskipun masjid akan dipenuhi oleh jamaah yang ingin melaksanakan shalat eid maupun shalat Jumat namun pengurus masjid memastikan para pengungsi korban bencana harvey tidak akan dipindahkan.
"Mereka adalah prioritas nomor satu. Mereka tidak akan diganggu, mereka tidak akan dipindahkan. Orang yang datang, jika mereka harus sholat di tempat parkir, mereka akan sholat di tempat parkir," kata presiden Islamic Society of Greater Houston, M.J. Khan seperti dilansir usatoday.com, Jumat (1/9).
Komunitas Muslim Houston, yang diperkirakan berjumlah 200 ribu orang, telah membuka banyak pusat komunitasnya dan mengirim ratusan sukarelawan untuk menyajikan makanan dan memberikan sumbangan. Beberapa telah menyelamatkan tetangga mereka dari bencana banjir yang terjadi.
Meskipun bencana melanda Houston beberapa hari yang lalu, namun proses puasa dan ibadah di masjid yang juga dikenal sebagai Masjid al-Salam ini tetap berjalan. Beberapa keluarga ada yang bermalam di masjid karena mereka tidak dapat kembali ke rumah masing-masing. Sedangkan yang lainnya menjadi sukarelawan di bank makanan dan tempat penampungan.
Pemimpin dan ilmuwan Islam Imam Hassan Qazwini mengatakan apa yang dilakukan komunitas muslim Houston menandakan semangat perayaan idul adha yang bertepatan dengan ibadah haji. Pada perayaan Idul Adha muslim akan menyembelih hewan kurban dan membagikannya kepada orang yang membutuhkan.
"Tujuan utama untuk memegang dan mempraktikkan semua ritual ini adalah untuk membantu orang lain," kata Imam Hassan Qazwini, pemimpin sebuah masjid di daerah Detroit.
Masjidnya, Islamic Institute of America, mendedikasikan hari raya ini untuk mengumpulkan uang bagi korban badai. Organisasi Islam negara bagian dan nasional juga telah mempelopori upaya serupa.
"Saya percaya membuka pintu pada hari raya untuk pengungsi dan orang yang membutuhkan adalah bentuk ibadah itu sendiri," katanya.
Salah seorang pengungsi, Mabel Rozier menceritakan bagaimana dia diselamatkan dari apartemennya di lantai tiga saat banjir mencapai lantai dua. Seorang wakil sheriff menjatuhkannya ke masjid, yang ditempati sekitar 35 orang.
Rozier mengaku bersyukur memiliki tempat yang nyaman untuk makan dan tidur sambil menunggu untuk kembali ke rumah.
Pengungsi lainnya, Katherine McCusker, juga mengaku bersyukur atas kebaikan yang ditunjukan muslim Houston dengan menyediakan ruang bagi korban bencana.
Di George R. Brown Convention Center, menjadi tempat berlindung bagi sekitar 10 ribu orang. Beberapa pengungsi Muslim memimpin doa pada hari raya untuk korban bencana.
Hasan Logan(33) telah bertemu dengan orang-orang Muslim lainnya selama beberapa hari tinggal di dalam pusat konvensi. Terkadang ia harus menghalangi sebuah ruang untuk shalatkecil dengan kursi dan sepatunya.
"Ini akan sulit untuk melaksanakan shalat eid, tapi saya akan melakukannya," kata Logan.
Liyakat Takim, seorang profesor Islam global di McMaster University di kota Hamilton, Ontario, Kanada, mengatakan apa yang terjadi di Houston merupakan contoh terbaik dari tindakan Islam dan merupakan bagian paling penting dari iman.
"Muslim adalah bagian terbesar dari masyarakat Amerika dan mereka harus berkontribusi sebisa mungkin. Jika Anda tidak bisa menjadi manusia yang baik, Anda tidak bisa menjadi seorang Muslim yang baik," katanya.