REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diminta untuk tidak menghapus kebijakan yang dikenal sebagai Program Tindakan Tangguh untuk Kedatangan Anak-anak (DACA). Kebijakan ini berlaku di era pendahulunya, mantan presiden Barack Obama dan memiliki tujuan melindungi imigran muda tanpa dokumen yang ada di negara itu.
Melalui program ini, anak-anak dengan status imigran yang datang ke AS dapat diberikan tempat tinggal sementara. Daca juga membuat mereka terhindar dari deportasi, serta memberikan kesempatan berupa izin kerja serta belajar di Negeri Paman Sam.
Kepala Kongres AS Paul Ryan mengatakan bahwa program yang sangat baik ini tidak seharusnya dihentikan begitu saja. Ia juga mendesak agar ada solusi yang terbaik, jika Trump ingin untuk menghapus Daca.
"Saya telah melakukan percakapan dengan Presiden Trump dan ingin menemukan solusi yang manusiawi untuk masalah ini," ujar Ryan dilansir BBC, Sabtu (2/9).
Daca selama ini telah melindungi sekitar 750 ribu anak di AS dari deportasi. Untuk memenuhi syarat program ini, mereka seluruhnya diminta untuk mengirim informasi pribadi ke Departemen Keamanan Dalam Negeri.
Dari sana, anak-anak imigran yang kebanyakan dibawa oleh orang tua maupun wali untuk menetap di AS itu akan diperiksa secara menyeluruh oleh FBI. Nantinya, jika dinyatakan bersih dari catatan kriminal apapun, mereka berhak mendapat izin sementara untuk belajar maupun bekerja.
Namun, baru-baru ini Trump mengatakan telah memiliki rencana untuk menghentikan Daca dan memberi pengumuman atas keputusannya pada Selasa (5/9) mendatang. Sikap keras miliarder itu atas masalah imigrasi merupakan bagian dari janji kampanye dan diberlakukan sejak resmi menjabat sebagai pemimpin negara adidaya itu pada Januari lalu.