REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Beberapa staf kedutaan AS di Kuba terkena serangan akustik yang menyebabkan mereka menderita cedera otak ringan dan gangguan pendengaran permanen. Dilansir BBC, Sabtu (2/9), American Foreign Service Association (AFSA) mengatakan bahwa para staf juga menderita gangguan kognitif dan pembengkakan otak.
Bulan lalu, departemen luar negeri AS mengatakan 16 karyawan telah membutuhkan perawatan. Kuba telah membantah terlibat dan mengatakan sedang menyelidiki laporan tersebut.
Staf kedutaan AS dan setidaknya satu orang warga negara Kanada di Kuba mulai memperlihatkan gejala akhir tahun lalu. Namun, keaneham tersebut pertama kali dilaporkan pada Agustus ketika AS mengusir dua diplomat Kuba dari Washington.
Pejabat mengatakan pengusiran tersebut sebagai protes atas kegagalan Kuba untuk melindungi para diplomatnya. Perangkat sonik mungkin telah digunakan untuk mengeluarkan gelombang suara tak terdengar yang dapat menyebabkan tuli, menurut media AS.
Dalam sebuah pernyataan, AFSA, yang mewakili staf bantuan diplomatik dan internasional AS, mengatakan telah berbicara dengan 10 orang yang telah menerima perawatan. "Diagnosis meliputi cedera otak traumatis ringan dan gangguan pendengaran permanen, dengan gejala tambahan seperti kehilangan keseimbangan, sakit kepala parah, gangguan kognitif dan pembengkakan otak," katanya.
AFSA mendesak pemerintah untuk melakukan segala kemungkinan untuk membantu mereka yang terkena dampak dan untuk "memastikan bahwa insiden ini berhenti dan tidak terulang". Pernyataan tersebut merupakan pertama kalinya bahwa gangguan pendengaran telah digambarkan sebagai masalah permanen.
Kementerian Luar Negera AS belum menyalahkan siapa pun atas insiden tersebut. Misi AS di Havana dibuka kembali sebagai kedutaan penuh pada tahun 2015 menyusul 50 tahun permusuhan antara kedua negara.