Ahad 03 Sep 2017 04:36 WIB

Survei: Muslim AS Taat Sekaligus Berpikiran Terbuka

I am a Muslim Too: Muslim Amerika tengah shalat di sela unjuk rasa menolak kebijakan Anti Imigran Trump di Lapang Times Square New York, AS, (19/2) waktu setempat.
Foto: Andres Kudacki/AP
I am a Muslim Too: Muslim Amerika tengah shalat di sela unjuk rasa menolak kebijakan Anti Imigran Trump di Lapang Times Square New York, AS, (19/2) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Bagi umat Islam di Amerika Serikat, menjadi sangat religius tidak berarti wajib menerima gagasan tradisional tentang Islam. Banyak Muslim di Negeri Paman Sam yang menyatakan bahwa mereka melakukan ritual keagamaan seperti datang ke masjid dan shalat lima waktu sekaligus lebih suka ada banyak cara menafsirkan Islam. 

“Mereka berpendapat bahwa pemahaman tradisional tentang Islam perlu ditafsirkan ulang untuk mengatasi masalah saat ini,”  kata peneliti yang fokus pada agama di Pew Research Center Elizabeth Podrebarac Sciupac dilansir dari laman lembaga riset tersebut, Ahad (3/9). 

Sciupac menjelaskan tentang survei dilakukan Pew Research Center tahun ini terkait aktivitas keagamaan Muslim. Hasil studi tersebut menyebutkan empat dari sepuluh (atau sekitar 43 persen) Muslim Amerika mengatakan bahwa mereka pergi ke masjid setidaknya seminggu sekali. 

Sebanyak 18 persen yang mengatakan mereka datang ke masjid lebih dari sekali dalam seminggu. Sedangkan sisanya, 32 persen, mengatakan mereka ke masjid satu atau dua kali sebulan, atau beberapa kali dalam setahun. 

Scuipac menerangkan mayoritas Muslim di AS juga mengaku menjalankan shalat lima waktu, yang merupakan ritual wajib bagi Muslim. Data Pew menyebutkan 42 persen mengaku menjalani shalat lima waktu. 

Sebanyak 17 persen mengatakan menjalani sebagian dari lima waktu shalat, sedangkan 25 persen beribadah lebih jarang. “Hanya 15 persen yang menyatakan tidak pernah shalat,” kata Scuipac. 

Hampir dua pertiga Muslim AS (65 persen) mengatakan agama sangat penting dalam kehidupan mereka. Sebanyak 22 persen Muslim mengatakan agama agak penting dalam kehidupan mereka, sementara lebih sedikit menyebutkan bahwa agama sama sekali tidak penting bagi mereka.

“Muslim secara terbuka mengakui bahwa ada ruang untuk banyak interpretasi ajaran Isla,” kata Scuipac. 

Mayoritas Muslim (64 persen) mengatakan bahwa ada lebih dari satu cara yang benar untuk menafsirkan ajaran agama, sementara 31 persen berpendapat hanya ada satu cara yang benar untuk menafsirkan Islam. 

Pew pun bertanya mengenai penafsiran Islam kepada Muslim yang menganggap Islam sangat penting dalam kehidupan mereka. “Mayoritas (59 persen) dari mereka mengatakan ada lebih dari satu cara yang benar untuk menafsirkan iman,” kata Sciupac. 

Sekitar setengah (52 persen) dari semua orang dewasa Muslim AS juga mengatakan pemahaman tradisional tentang Islam harus ditafsirkan ulang untuk mencerminkan masalah kontemporer. Sementara 38 pesen berpendapat pemahaman tradisional tentang Islam diperlukan untuk mengatasi persoalan masa kini.

Pew kembali bertanya kepada kalangan Muslim yang menganggap Islam sangat penting dalam kehidupan mereka terkait interpretasi terhadap Islam. “Pada pertanyaan ini, ada lebih banyak perbedaan pendapat,” kata dia. 

Sebanyak 43 persen mengatakan pemahaman tradisional harus ditafsirkan ulang sedangkan 46 persen yang mengatakan perlu pemahaman tradisional. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement