REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polisi membantah telah ''kecolongan'' saat tewasnya Catur Yuliantono karena ledakan pascapertandingan Indonesia vs Fiji di Stadion Patriot Candrabhaga Bekasi, Sabtu (2/8) kemarin. Pasalnya, polisi telah berulang kali mengingatkan agar para pendukung tidak membawa barang berbahaya termasuk petasan.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, para pendukung kerap membawa barang berbahaya dengan cara disembunyikan. Ia pun mengakui jika para penonton memanfaatkan kelengahan polisi dalam membawa barang berbahaya seperti suar dan petasan.
"Ya namanya disembunyikan atau disimpan kan kadang biasanya orang itu bagaimana kelengahan kepolisian. Kelengahannya, jadi dia (penonton) gunakan kelengahan di situ," ujar Argo di Mapolda Metro Jaya, Ahad (3/9).
Argo mengklaim, polisi telah melakukan pemeriksaan ketika para penonton memasuki stadion. Pemeriksaan itupun dilakukan sesuai standar operasioal prosedur yang berlaku. Namun, berbagai modus kerap digunakan penonton untuk mengelabui petugas.
"Kita sudah cek, kan ada berbagai macam modus dan sebagainya untuk mengelabui petugas biasa," kata dia menambahkan.
Sebelumnya, Catur Yuliantono tewas saat petasan meledak usai pertandingan Indonesia vs Fiji. Oknum suporter yang berada di tribun selatan yang diduga pelaku menyalakan suar yang meluncur ke arah tribun timur. Menurut pihak kepolisian yang bertugas, lemparan itu mendarat di wajah korban.
Korban sempat diberi pertolongan pertama dengan disiramkan air. Menurut data awal kepolisian, korban terkena suar di mata kiri. Pria berusia 32 tahun tersebut meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit.