Senin 04 Sep 2017 16:40 WIB

Mulai Kekeringan, Kota Sukabumi Belum Tetapkan Status Siaga

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Gita Amanda
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan (ilustrasi).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang/ca
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kota Sukabumi belum menetapkan status siaga darurat kekeringan. Sebab meski sudah mulai mengalami kekeringan, dampak yang terjadi di lapangan dinilai masih bisa diatasi.

''Hingga kini belum ada penetapan status siaga darurat bencana kekeringan,'' ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi Zulkarnain Barhami kepada Republika Senin (4/9). Hal ini kata dia disebabkan kondisi kekeringan di lapangan masih bisa diatasi oleh petugas di lapangan.

Diakui Zulkarnain, ada sejumlah warga yang meminta bantuan pasokan air bersih akibat terkena dampak kekeringan. Namun kata dia permintaan ini disampaikan kepada Perusahaan Daerah Air Minun (PDAM) Sukabumi.

Permintaan ini kata Zulkarnain telah diteruskan kepada PDAM untuk segera ditindaklanjuti. Harapannya lanjut dia penyaluran bantuan bisa segera dilakukan.

Zulkarnain mengungkapkan, dampak kekeringan yang mulai terasa yakni berkurangnya debit air warga maupun PDAM. Fenomena ini kata dia terjadi di sejumlah titik.

Meskipun belum ada penetapan status ungkap Zulkarnain, BPBD tetap melakukan pemantauan dan pemetaan dampak kekeringan di lapangan. Upaya ini kata dia, diharapkan dapat mendeteksi dengan cepat adanya dampak kekeringan yang dialami warga.

Kepala Unsur Pelaksana BPBD Kota Sukabumi Asep Suhendrawan menambahkan, semua kecamatan di Sukabumi termasuk dalam data wilayah yang berpotensi terkena dampak bencana kekeringan. Ketujuh kecamatan itu yakni Cikole, Citamiang, Gunung Puyuh, Baros, Lembursitu, Warudoyong, dan Cibeureum.

''Data ini berdasarkan pemetaan kawasan yang berpotensi mengalami kekeringan,'' ujar Asep. Misalnya di Kecamatan Cikole kawasan yang rawan kekeringan dan terjadi kesulitan air bersih terdapat di Kelurahan Cisarua. Hal itu terutama di empat rukun warga (RW) yakni 16, 08, 18, dan 10.

Di sisi lain, debit air bersih PDAM Kota Sukabumi mengalami penurunan sekitar 40 persen dibandingkan kondisi normal. Data PDAM Tirta Bumi Wibawa (TBW) Kota Sukabumi menyebutkan, ada tiga sumber mata air yang dimiliki perusahaan tersebut. Pertama, sumber air Batu Karut di Selaawi, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi yang pada kondisi normal debitnya mencapai sekitar 140 liter per detik.

Kedua sumber air Cigadog, Selabintana, Kabupaten Sukabumi yang dalam keadaan normal mencapai 50 liter per detik. Terakhir sumber mata air Cinumpang debit air normalnya 250 liter per detik. " Debit air bersih secara keseluruhan bila dirata-ratakan mengalami penurunan sekitar 40 persen," ujar Direktur Utama PDAM TBW Kota Sukabumi, Anton Rachman Suryana. Kondisi ini terang dia terjadi karena faktor kekeringan yang terjadi pada pertengahan hingga akhir Agustus 2017.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement