Selasa 05 Sep 2017 15:45 WIB

Tarif Pesawat Penentu Tingkat Inflasi Kota Padang

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Pesawat di bandara  (ilustrasi)
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Pesawat di bandara (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Tingkat inflasi Kota Padang sejak paruh pertama 2017 ternyata bergantung pada naik turunnya tarif tiket pesawat terbang. Terbukti, naiknya tarif pesawat menyumbang laju inflasi hingga 0,1 persen pada bulan Juni 2017. Sedangkan sebulan setelahnya, saat arus balik Lebaran masih tinggi, tarif tiket pesawat menyumbang inflasi hingga 0,66 persen dengan tingkat kenaikan harga hingga 41,08 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Berlanjut pada Agustus 2017 lalu, ketika arus balik perlahan mulai surut dan harga tiket pesawat mulai turun, Kota Padang justru mengalami deflasi sebesar -0,36 persen. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Barat Sukardi menjelaskan, peran penurunan tarif pesawat terhadap deflasi cukup tinggi yakni -3,49 persen. BPS mencatat, harga rata-rata tiket pesawat jurusan Padang-Jakarta saat ini di kisaran Rp 700 ribu-an. Angka ini turun dibanding harga rata-rata tiket pesawat Juli lalu yang masih bertengger di angka Rp 975 ribu-an.

"Kalau harga tiket pesawat kita keluarkan dari hitungan, maka Padang juga terjadi inflasi sama dengan Bukittinggi yang inflasi 0,28 persen," ujar Sukardi di Kantor Perwakilan BPS Sumatra Barat, Senin (4/9). 

BPS merangkum, tingkat inflasi Kota Padang selama Januari hingga Agustus 2017 sebesar 0,58 persen dan Kota Bukittinggi mengalami deflasi -0,05 persen. Dengan tingkat inflasi dalam rentang kecil, yakni di bawah 1 persen, Sukardi meyakini laju inflasi Kota Padang dan Bukittinggi bisa bertahan di bawah 3 persen hingga akhir 2017. Risiko inflasi yang tersisa tinggal periode libur akhir tahun, yakni Natal dan tahun baru 2018. 

"Namun September, Oktober, November tidak ada event yang mempengaruhi signifikan permintaan konsumsi," ujar Sukardi. 

Kondisi yang nyaris sama juga terjadi di Bukittinggi di mana penurunan tarif charter mobil dan angkutan umum memicu adanya deflasi. Sementara dari segi komoditas yang harganya bergejolak atau volatile foods, pemerintah daerah perlu mewaspadai harga-harga seperti cabai merah dengan andil inflasi 0,14 persen dan daging ayam ras yang sempat naik 4,37 persen. "Lalu biaya SD terutama di swasta dan juga untuk keperluan lain di SD naik 3,00 persen di Padang. Kelima, harga garam di Kota Padang naik 31,55 persen dan Bukittinggi naik 77,2 persen," ujar Sukardi. 

Sementara itu, General Manager Garuda Indonesia Cabang Padang Sonny Syahlan sebelumnya menegaskan bahwa penentuan tarif maskapai oleh Garuda Indonesia memenuhi kaidah dan aturan yang telah ditetapkan Kementerian Perhubungan. "Kami mengikuti batas-batas (khususnya batas atas) harga yang ditetapkan Kemenhub," katanya singkat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement