REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polisi mengaku masih kesulitan untuk memeriksa Novel Baswedan. Novel masih bungkam ketika ditanya perihal oknum polisi yang diduga terlibat aksi penyiramannya.
Novel sendiri hanya mau membuka mama jenderal tersebut apabila Presiden Joko Widodo sudah membentuk tim independen penyelidikan.
"Ya berarti kan dia sendiri yang menyulitkan, kalau memang dia punya fakta soal itu, kalau ada keyakinan pelakunya siapa dan dia tahu ya lebih cepat lebih baik kan," ujar Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto di Mabes Polri Jakarta Selatan, Selasa (5/9).
Rikwanto menuturkan, beberapa hari lalu penyidik Polda Metro Jaya bersama tim dari KPK menyambangi tempat Novel menjalani perawatan di Singapura. Sayangnya dalam pemeriksaan pun, Novel tidak memberikan keterangan seperti yang diungkapkannya kepada media perihal keterlibatan oknum jenderal tersebut.
"Tim kemarin datang dengan pihak KPK juga datang, ditanya masalah itu (jenderal) dia (Novel) juga nggak mau menyampaikan. Jadi, jangan dugaan-dugaan saja, jangan merusak nama pihak lain yang tidak ada faktanya, tidak ada dasarnya, kasihan masyarakat juga jadi bingung," ujar Rikwanto.
Rikwanto melanjutkan, jika memang informasi tersebut benar faktanya, maka penyidik juga tidak akan main-main untuk melakukan penindakan. Selain itu juga pengungkapan bisa dilakukan dengan cepat dan menghapus kesan bahwa selama ini polri lambat mengusut kasus penyiraman air keras tersebut.
"Kita enggak main-maim, kita mau bersih, kita mau bagus, kita profesional, jad jangan menganggap kita yang lambat atau menghambat. Justru berita berita simpang siur ini yang membuat suasana menjadi masyarakat galau," ucapnya.
Novel Baswedan menerima siraman air keras di wajahnya pada 11 April 2017 lalu. Novel diserang usai melakukan solat subuh di sekitar musolah tempatnya tinggal di Kelapa Gading, Jakarta Utara.