REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses normalisasi Sungai Ciliwung yang awalnya ditargetkan akan selesai pada 2016 hingga kini belum kelar. Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC) T. Iskandar mengatakan ketersediaan lahan masih menjadi hambatan.
"Masalah utama lahan. Secara berkala akan dilakukan pembebasan oleh Pemprov (DKI Jakarta)," kata Iskandar kepada wartawan di lokasi proyek normalisasi Sungai Ciliwung Paket 2, Bukit Duri, Jakarta, Selasa(5/9).
Iskandar menjelaskan, proyek normalisasi Kali Ciliwung memiliki panjang 19 kilometer yang terbagi dalam empat segmen. Paket 1 membentang dari Pintu Air Manggarai ke Jembatan Kampung Melayu yang dilanjutkan paket 2 dari Jembatan Kampung Melayu hingga Jembatan Kalibata.
Paket 3 dari Jembatan Kalibata ke Jembatan Condet. Paket 4 dari Jembatan Condet ke Jembatan Simatupang. Dari keempat proyek itu, belum ada yang terselesaikan. Dari total 19 kilometer, kini baru 9-11 kilometer yang terealisasi.
Kontrak itu dimulai sejak akhir 2013. Idealnya, projek ini berakhir 2016. Namun, karena banyaknya lahan yang belum dibebaskan, proyek tersebut belum dapat diselesaikan.
Paket 3 dan 4 ditutup pada 2016. Hingga kini belum ada lahan yang berhasil diambil alih oleh Pemprov DK JakartaI. Paket 2 juga mengalami hambatan yang sama, terutama di Gang Arus. Dari total 700 meter panjang lahan yang dibutuhkan, 550 meter di antaranya masih belum dibebaskan.
Proyek di Bukit Duri yang termasuk dalam paket 1 termasuk yang diperpanjang kontraknya. Secara fisik, pengerjaan area ini baru berhasil terealisasi sebanyak 36 persen.
Proyek normalisasi Kali Ciliwung ditargetkan dapat mengurangi banjir di area sekitar Kampung Melayu, sebagian Kalibata, sebagiaj Condet, Bidara Cina, Kebon Baru, Gang Arus, Kampung Pulo, hingga Bukit Duri.
Proyek ini baru dapat dilanjutkan setelah adanya pembebasan lahan. Dana yang terserap setidaknya 65 hingga 70 persen dari total anggaran Rp 1,18 triliun, atau senilai Rp 767-826 miliar.