Rabu 06 Sep 2017 21:05 WIB

Gaya Hidup Syariah pada Kelas Menengah Muslim

Mohammad Munif Ridwan
Foto: dokpri
Mohammad Munif Ridwan

REPUBLIKA.CO.ID, Bagi Anda yang pernah menyaksikan film ‘Wall Street’ (1987) tentu akan mengingat sosok Gordon Gecko yang dimainperankan oleh Michael Douglas. Dalam film yang lain, ‘Wolf of Wall Street’ (2013), ingatan kita akan tertuju pada sosok Jordan Belfort yang dimainkan oleh Leonardo DiCaprio. Dua sosok ini berperan sebagai zombi yang rakus, tamak akan kekayaan, dan siap memangsa orang lain demi kekayaan yang dikejarnya itu. Film-film itu memberi gambaran bagaimana sistem kapitalisme bekerja menumbuhsuburkan keserakahan. 

Sebagai sebuah sistem ekonomi, kapitalisme mengandung kelemahan mendasar, yaitu  mengumbar nafsu manusia untuk mengakumulasi kapital melalui spekulasi saham dan sistem riba. Sistem ini membentuk manusia menjadi binatang ekonomi (economic animal) yang egois, sikap menang sendiri, memangsa sesama dan sederet penyakit selfish yang lain.

Zaman bisa saja berganti. Generasi baru dengan kesadaran baru telah muncul. Ada sebuah buku menarik yang mengupas tentang hadirnya generasi baru kelas menengah Muslim di Indonesia, ditulis oleh Yuswohady, dkk (Bentang, 2017), berjudul Gen M: Generation Muslim.

Dengan wawasan dan pengetahuan yang jauh lebih baik, generasi baru Muslim yang terungkap dalam buku ini mampu menangkap nilai-nilai keadilan, kemitraan, kepedulian, dan kesetaraan yang ditawarkan oleh Islam. Mereka menemukan Islam dan gaya hidup syariah sebagai konsep dan identitas baru yang cool.

Lihatlah fenomena sekitar 5-10 tahunan terakhir. Gairah berislam mengemuka dengan semakin banyaknya perempuan berjilbab (yang memakai trademark baru bernama hijab itu). Itulah penanda makin maraknya  fesyen  dan kosmetika halal. Belum lagi ketika kita melihat munculnya kesadaran akan makanan halal, tumbuh berkembangnya industri keuangan syariah, umrah dan wisata religi, menjamurnya lembaga pendidikan dasar dan menengah Islam bagi generasi baru Muslim, makin kuatnya filantropi Islam melalui zakat, infak, sedekah, dan wakaf, serta booming media dakwah melalui film Islami dan dakwah digital.   

Itulah kesadaran generasi baru Muslim Indonesia yang memiliki karakteristik unik dan khas Indonesia. Masih dalam buku itu diungkap, bahwa Gen M (istilah untuk generasi baru Muslim itu) memiliki empat karakteristik yang membentuk nilai, aspirasi, dan perilakunya. Pertama, mereka religius dan taat pada kaidah Islam. Kedua, mereka pintar, mengadopsi teknologi, dan berwawasan global. Ketiga, mereka melihat ajaran Islam adalah rahmat bagi semesta alam dan memberikan kebaikan secara universal (universal goodness). Dan keempat, mereka hidup makmur dengan daya beli memadai, mampu  berinvestasi, dan memiliki kemampuan berbagi melalui zakat dan sedekah.  

Dalam buku sebelumnya, Marketing to the Middle Class Muslim (Yuswohadi, dkk, 2104), diungkap bahwa salah satu pendorong Gen M memilih produk sesuai syariah adalah kesadaran beragama yang semakin baik. Kelas menengah Indonesia semakin religius seiring peningkatan status ekonomi dan pendidikan. Ya, tentu ini fenomena yang khas Indonesia dan agak paradoksal, karena pengalaman di negara-negara maju, semakin kaya dan semakin pintar masyarakatnya, semakin sekular pula kehidupan keagamaannya.

Tak terkecuali dengan perkembangan industri keuangan syariah. Berdasarkan riset Middle Class Institute (MCI), kesadaran Gen M menggunakan produk keuangan syariah lebih didasarkan atas dorongan akan kepatuhan terhadap nilai-nilai Islam. Mengapa produk keuangan syariah akan semakin diminati?  

Pertama,  syariah memberikan spiritual value kepada konsumennya. Secara sederhana, spiritual value adalah manfaat yang diperoleh karena konsumen taat pada perintah agamanya, sehingga muncul ketenangan jiwa (peace of mind). Kedua, kini semakin banyak lembaga keuangan syariah yang muncul dan berkembang dengan baik. Mereka menilai value proposition produk keuangan syariah tidak kalah jika dibandingkan dengan produk konvensional. Jangan lupa, selain fungsional sebagai tempat bertransaksi, konsumen memerlukan manfaat emosional, berupa citra kesalehan, self-esteem, dan gaya hidup bersyariah (sharia life-style).

Maka, ketika gegap gempita gaya hidup bersyariah yang ditampilkan generasi baru Muslim telah muncul, pelaku industri syariah harus bersemangat menyambutnya. Wallahu a’lam.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement