Kamis 07 Sep 2017 12:35 WIB

Teror Badut Penebar Trauma di Film It

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Film horor It
Foto: Warner Bros
Film horor It

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badut, balon merah, dan lagu anak-anak lazimnya jadi simbol keriangan yang menerbitkan perasaan senang. Namun, dalam film It yang kini telah tayang di bioskop Indonesia, semua itu disulap jadi super seram dan melambangkan trauma masa kecil.

It berkisah tentang teror kejam badut penebar trauma di sebuah kota kecil bernama Derry. Sekelompok remaja yang tergabung dalam "The Losers Club" berusaha menyelidiki wujud imortal yang diyakini menyebabkan banyak kasus anak hilang itu, namun justru menjadi target teror selanjutnya.

Sinema horor yang mengadaptasi novel terbitan 1986 karya penulis Stephen King itu cukup intens melarutkan penonton dalam ketakutan. Sutradara Argentina Andres Muschietti menghadirkan betul nuansa kelam dalam sebagian besar pengadeganan dari total 135 menit durasi.

Meski begitu, Muschietti tidak membuat penonton berdebar ketakutan sepanjang film. Ia justru memulai dengan adegan keluarga menghangatkan di mana tokoh utama Bill Denbrough (Jaeden Lieberher) membuatkan perahu kertas untuk adik lelakinya, Georgie (Jackson Robert Scott).

Selain Bill, latar belakang karakter enam anggota "The Losers Club" lainnya pun dieksplorasi satu per satu. Sutradara Muschietti pun menyisipkan adegan cinta monyet, lelucon khas, mode, dan tren remaja akhir 1980-an, termasuk lagu-lagu dari grup musik New Kids on the Block.

Akting tiap pemeran remajanya cukup berkarakter, di antaranya Bill yang bicara gagap dan tokoh Eddie yang paranoid. Begitu pula si antagonis "It" yang menyebut diri bernama Pennywise si Badut Penari, membelah karakternya antara badut (sok) jenaka sekaligus makhluk imortal sadis.

Meski seluruh tokoh utamanya remaja, film yang didistribusikan Warner Bros Pictures ini adalah untuk penonton 17 tahun ke atas karena memuat berbagai adegan penuh darah. Akhir film yang menggantung tanpa penjelasan pun masih membuat penonton penasaran tentang siapa sebenarnya "It".

Bisa jadi, pilihan mengakhiri film demikian mengisyaratkan adanya sekuel lanjutan. Paling tidak, penonton yang menyimak "It" dapat merenung bahwa pada akhirnya setiap orang harus mengakui dan menghadapi ketakutan dalam diri masing-masing.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement