Kamis 07 Sep 2017 14:11 WIB

Kemenkes Edukasi Siswa tentang Kesehatan Kritis di IIBF

Rep: Sri Handayani/ Red: Dwi Murdaningsih
Penderita penyakit kolera (ilustrasi)
Foto: EPA/Orlando Barria
Penderita penyakit kolera (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI ikut menyemarakkan Indonesia International Book Fair (IIBF) 2017 yang diselenggarakan 6-10 September di Assembly Hall Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat. Selain memperkenalkan perpustakaan yang dimiliki, Kemenkes juga melakukan edukasi terkait penyakit dan bencana kepada anak-anak. 

"Kami mempromosikan cara-cara mengatasi penyakit yang timbul akibat bencana. Bencana itu misalnya banjir, longsor, kabut asap, letusan gunung berapi," kata Pustakawan Madya Perpustakaan Kemenkes RI Jeni Sitorus kepada Republika di Stand Kemenkes, IIBF, Jakarta, Kamis (7/9). 

Di stand 95-96, Kemenkes juga menyediakan beberapa produk yang terkait dengan program itu. Ada cerita-cerita yang disiapkan untuk mengedukasi anak-anak. Ada sosialisasi tentang penyakit yang muncul ketika terjadi bencana. 

Saat banjir misalnya, penyakit yang sering kali muncul yaitu demam berdarah, penyakit kulit, diare, dan sebagainya. Luka bakar, lecet, dan luka benturan sering kali muncul saat bencana longsor dan gunung meletus. Saat kabut asap, penyakit pernapasan banyak ditemui. 

Selain itu, anak-anak juga diedukasi untuk mengatasi penyakit tersebut. "Sejak dini mereka diajarkan untuk menjaga kesehatan lingkungan. Dan agar mereka tahu bila terjadi bencana apa yang musti dilakukan," kata dia. 

Diajarkan pula upaya-upaya pencegahan bencana, misalnya dengan menjaga kebersihan lingkungan. "Misalnya banjir itu kan ada tiga, ada banjir rob, banjir bandang, dan banjir genangan. Kalau banjir genangan kita bisa cegah dengan menjaga kebersihan, tidak membuang sampah sembarangan," ujar Jeni.  

Selain itu, ada pula pengenalan akses repositori Kemenkes melalui www.kink.onesearch.id. Kink merupakan gabungan ribuan katalog yang ada di perpustakaan Kemenkes. Dari total 300 perpustakaan, baru 80 yang tergabung dalam Kink. 

"Mayoritas dari poltekes dan balai litbang. Kalau dari perpustakaan rumah sakit belum dan akan masuk dalam program kita pada 2018," ujar Jeni. 

Kink merupakan singkatan dari Katalog Induk Nasional Kesehatan. Laman ini memuat ribuan katalog dari seluruh perpustakaan Kemenkes. Layanan ini digagas oleh Kemenkes dan Onesearch dari perpustakaan nasional.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement