REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar Arcandra Tahar menyalurkan 1.500 unit konverter kit kepada nelayan di Sumatra Barat. Langkah ini untuk membantu nelayan yang selama ini masing memanfaatkan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar bisa beralih kepada bahan bakar gas (BBG) jenis elpiji 3 kilogram (kg). Jumlah konverter kit yang disalurkan secara bertahap ditargetkan bisa menyentuh 4.986 nelayan di Sumatra Barat pada 2019 mendatang.
"Bantuan ini merupakan program pemerintah mendorong energi berkeadilan. Jadi, memang benar-benar untuk nelayan. Karena, dengan konversi BBM ke gas memberikan keuntungan bagi nelayan," ujar Arcandra di hadapan puluhan nelayan di Pasie Nan Tigo, Kota Padang, Kamis (7/9).
Secara nasional, pada 2017 ini pemerintah pusat menargetkan bisa menyalurkan 17 ribu konverter kita kepada nelayan yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Arcandra menyebutkan ada tiga manfaat yang bisa dirasakan nelayan bila mengganti bahan bakarnya dari BBM ke BBG. Pertama, lanjutnya, nelayan bisa hemat ongkos melaut hingga 30 persen. Misalnya bila seorang nelayan melaut hingga 10 jam dalam sehari dengan bahan bakar solar, maka ia bisa menghemat sekitar Rp 20 ribu per hari bila mengubah bahan bakarnya menjadi elpiji.
Manfaat kedua, kata Arcandra, adalah penggunaan BBG yang lebih ramah lingkungan. Sedangkan manfaat terakhir, nelayan benar-benar menerima subsidi dari elpiji yang digunakan. Artinya, penyaluran elpiji kepada nelayan tidak salah sasaran. "Bila sehari irit Rp 20 ribu, sebulan bisa irit Rp 600 ribu kan? Sebuah angka yang tidak kecil. Penggunaan BBG lebih hemat," ujar Arcandra.
Wakil Ketua Komisi VII DPR Mulyadi menilai, penyaluran konverter kit BBG kepada nelayan memang sangat mendesak. Hal ini lantaran selama ini kuota elpiji 3 kg terus meningkat dan belum sejalan dengan upaya pemerintah untuk memastikan pemanfaatan elpiji 3 kg tepat sasaran kepada kelompok miskin. Menurutnya, pemberian konverter kit kepada nelayan paling tidak memastikan bahwa subsidi dari elpiji 3 kg benar-benar dirasakan manfaatnya oleh yang berhak.
Selain itu, kata Mulyadi, biaya untuk melaut yang dikeluarkan oleh nelayan relatif besar setiap bulannya. Dengan mengonversi bahan bakarnya menjadi BBG, diharapkan biaya melaut bisa ditekan dan meningkatkan keuntungan bagi nelayan. Pada akhirnya, kebijakan ini diyakini bisa meningkatkan daya beli nelayan yang selama ini harus menanggung penggunaan BBM yang relatif lebih boros ketimbang BBG. "Kita sangat tahu biaya operasional nelayan cukup tinggi, dan kehadiran mesin yang menggunakan elpiji membuat pendapatan mereka akan meningkat," kata dia.
Meski begitu, ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah daerah dan PT Pertamina selaku aktor di lapangan dalam distribusi elpiji 3 kg. Mulyadi mendesak pemerintah memperketat pengawasan atas distribusi elpiji 3 kg lantaran masifnya laporan kelangkaan elpiji 3 kg. Ia juga meminta Pertamina memastikan pasokan aman dan tindakan preventif untuk menekan aksi penimbunan. "Jangan sampai ketika nelayan sudah beralih ke elpiji justru sulit mendapatkannya," ujar Mulyadi.
Ditemui di tempat yang sama, Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno menyebutkan bahwa langkah pemerintah untuk menyalurkan konverter kit BBG kepada nelayan patut diapresiasi. Selama ini, menurutnya, nelayan ingin mendapatkan bahan bakar yang lebih murah dan hemat. Kendalanya hanyalah alat konversi BBM ke BBG yang relatif mahal, yakni berkisar Rp 8 juta - 10 juta. "Adanya bantuan ini akan membantu nelayan. Apalagi untuk harga masih sangat terjangkau. Kita berharap perekonomian dan hasil tangkapan nelayan akan semakin meningkat," katanya.